Fragmen 33

1.8K 10 0
                                    

Yesterday (Once More!)


Dua jam kemudian,

Pak De berjalan agak terhuyung di ruang kerjanya yang dipenuhi buku dan lukisan. Persiapan pameran, dan pengerjaan bahan selama hampir 6 bulan lebih membuat staminanya terkuras habis,hingga tubuh rentanya terbatuk pelan.

Tangan Pak De sibuk meniti rak yang berisi tumpukan piringan hitam dari berbagai macam judul, sebelum mengambil sebuah piringan hitam bertuliskan The Carpenters- Now & Then.

Agak bergetar, Pak De meletakkan piringan hitam itu di gramaphone dan meletakkan jarum pemutar di atasnya. Piringan hitam berputar, suara Karen Carpenter mengalun memenuhi ruangan itu dengan nostalgia.

Those were such happy times
And not so long ago
How I wondered where they'd gone
But they're back again
Just like a long lost friend
All the songs I loved so well....​

Pak De menyalakan sebatang cerutu yang lalu terselip di antara bibirnya, ia memandangi foto di album tua, ada dirinya semasa muda diapit oleh sepasang wanita bule dengan wajah bak pinang dibelah dua.

Perlahan tapi pasti, mata Pak De nampak meredup, kehilangan cahaya. Asap putih menghembus ke udara, diselingi satu-dua batuk yang tercetus dari paru-parunya. Piringan hitam berputar, membawa benak lelaki tua itu berkelana jauh ke masa lalu. Hingga akhirnya telepon tua di sebelahnya berdering nyaring dan mendamparkan kembali benak Pak De di detik ini.

"Om Swastyastu."

"Om Swastyastu! Kak Gede?"

Mendengar suara di seberang telepon, mendadak mata Pak De kembali bercahaya.

"Lucille? Kapan sampai di Bali?"Pak De berkata sambil memainkan kabel telepon yang kusam.

"Baru kemaren. Ini saya di rumah di Renon. Kakak apa Kabar? Indira sehat?"

Pak De terkekeh.

"Sehat, tambah cantik, makin mirip ibunya."

Hening sesaat. Terdengar helaan nafas berat di seberang telepon.

"I miss Julia."

"Me too!"

Lookin' back on how it was
In years gone by
And the good times that I had
Makes today seem rather sad
So much has changed...​

"Ah, sudahlah, kenapa kita jadi ngomongin yang sedih-sedih..." Pak De terkekeh.

"Nanti datang ke acara saya, ya. Di Hotel Patra."

"Haha.. Pasti, saya datang! Selamat ya," pamerannya!"

"Makasih! Oh, iya! yang saya bilang waktu itu. Sekalian saya titip anak-anak saya." kali ini Pak De yang tercenung, memikirkan kenapa ia menyebutkan bentuk jamak untuk kata 'anak'.

"Nanti saya kenalin sama!" Lelaki tua itu terdiam, menelan ludah.

"Pasti tunangannya Indira."

"Hahaha!Iya! Eh! Bukan! Bukan!" Pak De segera meralat.

"Ah, yang penting anaknya baik! rajin! nanti kamu lihat saja! hahahaha!"

Di seberang telepon terdengar suara tawa terkikik.

"Oke, Kak!"

ParadisoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang