18: kenyataan

37 4 0
                                    

Setibanya di depan cafe, ayu langsung masuk, tanpa memakai payung, pakaian ayu sedikit basah, walau air hujan masih deras. Pak supir juga ikut keluar, membawa payung dan menunggu ayu di luar cafe.

Tak ada kehadiran arie di dalam cafe tersebut, pandangan ayu tertuju kesekeliling cafe itu, masih berdiri di dekat pintu.

Ada seorang pelayan perempuan yang menghampiri ayu, "adek, mau cari pak arie ya?" tanyanya lembut, tersenyum hangat. Membuat ayu mengangguk.

semua pegawai di sana sudah mengenal ayu, sebab kejadian dulu. Waktu ayu pertama kali ke cafe ini bersama arie.

"Pak arie, sudah lama gak kesini lagi, yang saya tahu pak arie lagi sibuk menyelesaikan skripsinya,"

"Apa elo tahu di mana arie sekarang ini?"

"Maaf ya dek, saya kurang tahu"

"Bisa gak Minta alamat rumah arie?"

"Bisa," pelayan itu pun mengambil kertas dan menuliskan alamat arie di kertas itu, sangat lama membuat ayu kesal menunggunya, dan pelayan itu dengan tersenyum memberikannya ke ayu. Tidak dengan ayu yang cemberut menerimanya karena kesal menunggu lama.

Selama arie dan ayu pacaran, arie tidak pernah kasih tahu alamat rumahnya, sebab arie lebih suka mengajak ayu, kecafe ini, arie pernah bilang kalo cafe ini rumah keduanya.

Setelah ayu keluar dari cafe, pak supir sudah siap melindungi ayu dari hujan dengan payung, sebelum membelah hujan menuju mobilnya.

Tapi ayu masih diam berdiri di depan cafe itu, mata ayu tertuju kesebuah mobil yang berhenti di parkiran cafe, awalnya ayu menyempitkan matanya menatap dua orang yang keluar dari mobil dan berjalan bersama memakai payung berwarna biru. menuju cafe, tepatnya menuju dirinya.

Hujan masih membuat penglihatan ayu tidak jelas, tapi kedua orang itu semakin dekat, dan ayu semakin jelas melihatnya.

mata ayu membelalak kaget, melihat kedua orang itu. "arie" ucapnya pelan, 'arie bersama siapa?.' tanyanya dalam hati, menatap arie bersama seorang perempuan cantik nan seksi yang sedang merangkul lengan kanan arie, mereka berdua berjalan memakai satu payung bersama, mendekati ayu.

Di depan arie dan perempuan cantik nan seksi itu, ayu hanya diam menatap sayu. 'Apa dugaan gue, bener, arie udah gak sayang lagi sama gue,' fikirnya dalam hati.

"Hey, ayu, kenalkan ini dewi, dia tunangan ku" ujar arie tersenyum, terang-terangan.

Deg deg deg deg

Jantung ayu berdetak tak beraturan, kedua matanya berair dan tenggorokkannya juga terasa sangat kering. Mendengar keterangan arie.

Dewi memberikan senyum indahnya, "salam kenal ayu," sambil memegang tangan ayu dan bersalaman dengannya.

Pak supir nampak menahan amarahnya, ingin rasanya memukul wajah arie yang terlihat bahagia itu tanpa memperdulikan perasaan ayu.

"Apa elo bercanda, gue gak bakalan tertipu sama lo" ayu memaksakan dirinya tertawa, mencoba tidak ingin percaya dengan keterangan arie barusan, nampak jelas ayu menutupi sakit hatinya.

"Kenapa dengan adek manis ini?" tanya dewi ke arie.

Arie menjawab dengan gelengan dan mengangkat sedikit bahunya beberapa kali,

"Dek manis, kamu kenapa?, kok gak percaya sama tunangan kaka sih, kita beneran kok, bentar lagi, kita mau nikah loh," terang dewi menatap bingung ke ayu,

imperious girl (My Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang