imperious girl (My Story)

20: sahabat

"Jika ini benar cara yang di maksud arie dulu, lebih baik kita jangan mengganggu, biar arie yang menyelesaikannya." ujar paman surya masih kawatir dengan putrinya yang berubah drastis.

"Tapi paman, nia takut kalo ini semua bukan cara yang di maksud ka arie" tukas nia masih nampak sedih.

"Maksud mu, apa sayang?" tanya paman surya.

"Bisa saja kan, ka arie memang sudah punya tunangan, dan ayu hanya buat permainannya saja" jawab nia, membuat paman surya kaget.

"Nia kan yang awalnya percaya sama arie, kok nia sendiri yang mulai ragu sama arie," ujar tante sari ikut bicara.

"Kita harus tenang, percaya saja sama arie," terang paman surya.

"Tapi, Nia bingung, selama ini, kita belum tahu kan, ka arie itu punya pacar apa belum, punya tunangan atau belum, bisa aja kan, ka arie hanya memanfaatkan nia, untuk mendekati ayu, supaya ka arie dapat mempermainkan ayu." ujar nia kesal, nampak matamya berair.

"Begini nia, kita harus tenang, jangan panik jangan berfikir macam-macam dulu, jika nia gelisah begini, tante dan paman juga bakalan ikutan panik, jadi, nia harus tenang ya sayang." ujar tante sari sambil mengelus kepala nia, paman surya juga ikut menenangkan nia, membuat nia mengangguk pelan.

Malam ini, nia, paman surya dan tante sari duduk bersama di ruang tamu sambil menonton tv, jelas sekali, malam yang begitu berat di rasakan oleh nia saat ini, masih terfikir tentang arie,

sama hal nya dengan ayu yang ada di kamarnya, nampak fikiran ayu melayang jauh dari penglihatannya saat ini yang sedang menonton tv. Air mata ayu masih enggan berhenti keluar dari mata sayunya. Bayangan arie nampak jelas di pelupuk matanya.

Kelopak bawah mata ayu nampak berwarna agak kehitaman, dan kelopak atas mata ayu nampak berat untuk membuka mata, akibat kurang tidur, serta mata ayu juga nampak bengkak, akibat selalu menangis, sejak kejadian di hari minggu kemarin.

Ayu beranjak berdiri dan memandangi dirinya di cermin, pantulan dirinya di cermin membuat ayu jijik sendiri melihatnya. Keadaan yang bukan ayu yang biasanya, yang amat sangat kacau. Dirinya bukan ayu yang dulu, semuanya berubah, jelas tanpa memperdulikan keadaan dirinya sendiri. Rambut yang tak beraturan, wajah tanpa make-up, pakaian yang kusut tak rapi, dan tak tercium sedikitpun aroma farpumnya. Tepat nya ayu tidak sempat lagi berhias diri.

"Hehe, gue kaya orang gila, sialan lo ayu," gumamnya sambil melihat pantulan dirinya sendiri di cermin, ayu masih berdiri di depan cermin dan melanjutkan. "arie, lo itu sialan, sejak lo ada di hidup gue, lo udah buat gue bisa tersenyum lagi kaya dulu, sejak lo ada di samping gue, elo buat gue ngerasa hidup lagi, sejak lo ada di dekat gue, gue ngerasa gak sendirian lagi, sejak lo nemenin gue, gue ngerasa gue jadi cewek yang paling penting dalam hidup lo" ujar ayu dengan suara bergetar,

butiran air hangat mengalir ke pipinya, air mata keluar dengan derasnya membasahi wajah cantiknya, ayu berhenti sejenak dan kembali bicara. "Saat lo cubit tangan gue, saat lo ngelus kepala gue, saat lo meluk gue, saat lo cubit pipi gue, saat lo cium kening gue dan saat lo cium pipi gue, saat lo ngucak-ngucak rambut gue, saat lo megang tangan gue, saat lo bilang sayang sama gue, gue ngerasa lo buat gue jadi orang yang sempurna, gue sayang sama lo, arie, tapi lo----,

ayu tidak sanggup melanjutkan kata-katanya, ayu tersandar di samping kasurnya, menangis sejadi-jadinya, menangis tersedu-sedu, menangis cekegukkan berlinangan air mata, isakan tangis ayu sangat pelan tanpa terdengar siapapun dari balik kamarnya.

Di kamar, nia berbaring, ingin rasanya nia menghubungi arie, meminta penjelasan akan kejadian hari minggu kemarin, tapi rasa percaya nia ke arie tidak dapat di pungkiri, bahwa hati kecil nia masih sangat percaya dengan arie, dan masih berharap kalo semua ini akan jadi lebih baik di masa yang akan datang. Bahwa ini lah cara arie yang dulu pernah arie katakan ke nia.