"MAMAH?!!! AKU TELAT BANGUN?!! KENAPA MAMAH GA BANGUNIN AKU!!"
Pagi yang cerah sudah ramai dengan teriakan sana sini. Aku lupa untuk mengatur alarm sebelum aku tidur. Dan sialnya, semua keluargaku pun terlambat. Bahkan saat aku bangun pun mereka baru bangun juga. Astaga, padahal aku masuk pukul 06.30 dan sekang,–
06.00
Astaga!!
Aku langsung bergegas ke kamar mandi, segera berganti pakaian dan langsung berangkat tanpa sarapan terlebih dahulu. Aku langsung berlari ke depan komplek dan langsung menyetop angkot. Aku memberanikan diri untuk melihat jam tangan dan,–
06.15
Aku semakin panik di dalam angkot, butuh waktu kurang lebih 20 menit untuk sampai di sekolahku. Akhirnya aku sampai di sekolah pukul 06.35. Saat ku lihat kesana, gerbang belum ditutup. Aneh.
"Kok gerbang belum ditutup sih ? Padahal udah lebih 5 menit ?" gumamku. Aku pun mengambil posisi orang yang berpikir. Lalu, aku menjentikkan jariku. "Gue baru inget kalo jam tangan sama jam di rumah gue kelebihan 10 menit! kok gue bego amat sih ya." rutukku sambil menghentakkan kakiku.
Aku terus berjalan masih dengan wajah kusut. Sampai aku menemukan sosok yang sudah tidak asing lagi dimataku. Tubuh yang memiliki postur yang sangat bagus, mempunyai gaya rambut yang khas sehingga ia bisa dibilang cool. Ya aku tahu siapa itu. Itu adalah lelaki yang aku sukai. Rifan El-nando Febriza.
"Rifan!!" ucapku sambil menepuk bahunya.
"Oy ?"
"Kok baru dateng ?" Rifan pun menghela nafas sejenak, "Justru gue yang harusnya nanya ke lo kaya gitu. Biasanya lo dateng pagi, kok sekarang agak siangan ?" tanyanya.
Pertanyaan sederhana yang membuat siapa pun akan tersenyum tanpa sadar. Karena tak seperti biasanya, Rifan menanyakan hal yang sekecil itu. Pertanyaan itu bisa membuat lengkungan kecil di bibirku dan membuat jantungku berdebar. "Tadi bangunnya telat, hehehe." aku terkekeh pelan. Tuhan, aku malu sekali.
"Hahaha. Dasar tukang tidur!!" Aku memukul pelan punggung Rifan, ia selalu begitu. Senang sekali mengejekku. Dan sekarang, ia masih saja tertawa.
"Ketawa lagi?!!" ucapku sembari mendeliknya. "Ih marah!!" ucap Rifan. Aku langsung saja berjalan dengan cepat agar dia tidak mendahuluiku. Perasaanku tidak karuan sekarang. Mulai dari terlambat bangun, ternyata jamku dan jam sekolah berbeda dan sekarang Rifan menertawaiku dengan puas. Untung saja ia sahabatku, kalau tidak, ku pukul dia habis-habisan.
Sampai di kelas, aku langsung duduk dibangkuku. Aku duduk dengan temanku. Sindah. Itulah namanya. Wajahku tampak kusut makin kusut saat masuk ke dalam kelas. Karena Rifan, pagi-pagi saja dia sudah membuat masalah denganku. Hingga akhirnya sosok yang tadi meledekku datang juga. Ia masuk ke kelas, dia langsung menatap ke arahku.
Aku melihat kedatangannya dengan tatapan sinis. Dia pun berjalan menuju tempat duduknya di depan tempat dudukku. Aku duduk dibangku kedua dari belakang. Sementara Dina dan Celine duduk dibangku paling belakang. Saat Rifan sudah duduk dan menaruh tasnya dibangkunya, ia membalikkan badannya ke arahku.
"Marah ya ? sorry deh." ucapnya memelas.
"Ngga kok!! Siapa yang marah!!" jawabku ketus.
"Kalo marah nanti cantiknya hilang."
WHAT?!!
Kaget. Tidak percaya. Hanya itu yang terpampang nyata di wajahku dan jantungku nyaris lepas dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best friend ?
Teen FictionBenar apa kata kebanyakan orang diluar sana. Tidak ada persahabatan murni yang terjalin antara pria dan wanita. Perasaan lebih akan muncul saat keduanya sudah nyaman satu sama lain. Kini hal itu terjawab sudah. Aku merasakannya. Ini tidak mudah dan...