DEG..
Jantungku kembali berdegup dengan kencang. Kini ditambah dengan sesak yang tiba-tiba muncul merasuki dadaku. Rasanya aku ingin menangis saat itu juga, tetapi aku takut. Aku takut jika aku menangis depannya, semuanya akan terbongkar. Semuanya. Ya, semua rasaku padanya. Pada Rifan.
"Kenapa lo bisa suka sama tu bocah ?" ucapku berusaha sedatar mungkin. "Menurut gue dia itu cool, baik, pinter,care lagi." balasnya. Aku hanya terdiam mendengarkan perkataan Celine tadi. Aku pun mengaduk-ngaduk minumanku dengan sedotan.
"Eh ya ampun gue lupa kalo sore ini gue harus bantu ibu! Gue duluan ya." Sebenarnya ini hanya alasanku saja untuk menghindar. Maksudku bukan menghindar dari kenyataan yang ada hanya saja, aku belum siap dengan kenyataan ini. "Oke, hati-hati ya."
Hancur. Semuanya hancur. Harapanku, rasaku, hancur. Sahabatku. Dia menyukai seorang yang selama ini aku tunggu kehadirannya. Bingung, itu yang bisa aku rasakan sekarang. Tidak bisakah orang lain saja yang menjadi sainganku ? mengapa harus ia ? mengapa harus sahabatku ?
Aku pun beranjak dari tempat dudukku dan langsung pulang. Sebenarnya hari ini aku tidak ada kegiatan apapun dengan ibuku. Aku hanya ingin pulang, menumpahkan semuanya. Sakit, hanya itu yang dapat kuucapkan. Selebihnya, biar aku yang merasakan.
Segera aku langkahkan kakiku ke kamar dan membanting pintu. Aku langsung menangis dikasur. Ada sesuatu yang begetar disaku celanaku. Saat ku ambil, ternyata itu ponselku. Ada pesan dari Faldi, membalasnya sebentar, lalu ku simpan ponselku di meja nakas yang berada tepat disampingku. Belum sampai 1 menit, benda itu sudah bergetar lagi. Kali ini itu bukan pesan dari Faldi, melainkan dari seseorang yang pernah tergabung dalam satu organisasi denganku. Bagus. Itulah namanya.
Aku menghabiskan waktuku dengan chat bersamanya selama beberapa jam. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Karena aku terlalu asyik chat bersama Bagus, hingga aku lupa untuk membaca pesan yang sudah terkirim dari Faldi sekitar 2 jam yang lalu.
Matahari sudah terbit. Sinarnya sudah masuk ke dalam kamarku. Hari ini aku sedang sakit. Jadi, ibuku tidak mengizinkan aku sekolah dulu. Hingga hari ini, Bagus terus mengirimi aku pesan ingkat. Entah apa yang ada dipikirannya dia selalu bisa menghiburku. Ponselku bergetar. Itu pesan dari Rifan.
---
Sahabat. Hanya itulah satu alasan yang kuat mengapa dia begitu peduli padaku. Semua perilaku yang selama ini ia lakukan padaku, hanya bisaku telan dengan pahit. Karena mengingat, sekarang sahabatku juga jatuh cinta padanya.
Sang raja siang sudah muncul dilangit yang sangat indah di pagi ini. Itu bertanda dimulainya hari yang baru, pengalaman baru, dan ingatan baru. Seperti biasa aku memulai aktivitas pagi ini dengan perasaan gembira.
Aku bersiap untuk pergi ke sekolah. Saat tiba di sekolah, aku bertemu dengan Bagus. Aku tahu, kalau sebenarnya Bagus sedari aku masuk pintu gerbang sekolah dia sudah memandangiku. Hanya saja aku pura-pura tidak tahu.
Sekolah masih sangat sepi saat itu, karena ini masih sangat pagi sekali. Hingga di kelasku pun baru ada Rifan saja.
"Eh udah sembuh Fel ?"
"Udah."
"Sepi tau ga ada lo."
'GILA!! INI COWO MAUNYA APA SIH!!' gumamku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best friend ?
Teen FictionBenar apa kata kebanyakan orang diluar sana. Tidak ada persahabatan murni yang terjalin antara pria dan wanita. Perasaan lebih akan muncul saat keduanya sudah nyaman satu sama lain. Kini hal itu terjawab sudah. Aku merasakannya. Ini tidak mudah dan...