Angin berhembus diluar membuatku kedinginan, cuaca pun sedang tidak terlalu mendukung. Namaku Felly Thaliyya Azzhar, aku sekarang duduk dibangku kelas 11 Sekolah Menengah Atas yang sangat ternama di kotaku.
Aku sudah menutup buku pelajaran yang ada di mejaku, karena 10 menit lagi Kegiatan Belajar Mengajar atau KBM akan berakhir. Dan sepertinya hujan akan turun hari ini, karena langit sudah gelap. Aku harus pulang cepat hari ini, karena kalau tidak, aku akan kehujanan.
Tenggg.......tenggg....
Bel pun akhirnya berbunyi, tetapi Pak Sobran itu masih saja menjelaskan di depan kelas tanpa memikirkan nasib murid-muridnya yang sudah suntuk mendengarkan dia berbicara sedari tadi.
“Gawat bisa-bisa gue kehujanan nih!!” gumamku, “Semoga aja itu guru keluar sekarang biar gue bisa pulang, ngomong terus dari tadi sampai lupa waktu pulang!!” aku terus menggerutu tak terima.
Entah ada ilham apa, Tuhan mengabulkan doaku dan akhirnya, beliau pergi dari kelas yang menandakan KBM telah berakhir. Aku segera berlari keluar kelas, karena aku sudah merapikan semua perlengkapanku sedari bel berbunyi tadi. Namun, langkahku terhenti karena ada yang memanggilku. Suaranya terdengar nyaring hingga menggema di koridoe kelas kami. Suara ini tidak asing lagi di telingaku. Celine dan Dina. Mereka yang memanggilku.
Mereka adalah sahabatku dari waktu kami baru bisa membedakan mana warna hijau dan mana warna biru, ya sudah lama sekali. Dina, ia memili postur tubuh yang cukup tinggi, sayangnya kurus seperti tidak diberi makan dari SD. Rambutnya hitam kelam sepunggung . Dia selalu membiarkan rambutnya tergerai.
Sedangkan Celine, tidak usah ditanya lagi, siapa yang tidak terpesona akan kecantikan dan keramahan wanita satu ini. Dia memiliki postur tubuh yang sangat bagus layaknya seorang model dan parasnya yang agak kebarat-baratan membuatnya menjadi salah satu primadona di sekolahku. Rambutnya yang agak kecoklatan itu membuat penampilannya semakin sempurna.
“Fel tunggu dong! Cepet banget!” sahut Dina
“Iya tunggu dong! Kaya orang lagi di kejar lintah darat aja!” sambung Celine. Aku pun menoleh kebelakang, terkekeh sembari menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
“Ya deh maaf. Kalian ga lihat apa ? Udah mau hujan tuh. Aku ga bawa payung lagi!!”
“Yaudah iya. Tapi, jangan cepet-cepet kaya gitu dong. Kaya orang kesetanan tau!” tutur Celine geram.
Lalu, kami pun jalan bersama untuk segera pulang. Waktu kelas 10, kami mendapat kelas di lantai bawah dan sekarang kami mendapat kelas di lantai 2. Jadi, setiap pulang sekolah kami harus menuruni tangga terlebih dahulu. Kami pulang agak senja hari ini, mengingat kami baru masuk pukul 11. Cukup dalam waktu 10 menit menunggu, akhirnya kendaraan yang menjemput kami tiba. Angkot.
Saat dalam angkot, kami sedikit berbincang tentang kejadian di kelas siang tadi. Kami pun tertawa terbahak-bahak mengingat saat Doni menendang tempat sampah dan tempat sampah itu sukses mendarat dikepala Naufal. Karena kami sibuk tertawa, kami jadi menjadi bahan tontonan oleh orang-orang yang ada di dalam angkot.
"Akhirnya sampe juga." Aku langsung menuju kamar dan ganti pakaian. Sambil memainkan ponselku, aku merebahkan tubuhku di kasur. Aku membuka daftar nama yang ada di ponselku dan mencari kontak yang bernama 'Rifan'. Tanpa aku sadari, aku memandangi kontak itu tanpa aku tau aku harus berbuat apa. Aku tidak mempunyai cukup nyali untuk menghubungi dia terlebih dahulu.
Rifan. Dia sahabatku sejak 3 tahun yang lalu. Lelaki ini yang mampu menjinakkan hati seorang yang termasuk orang paling galak dan jutek ini di kelas. Dia adalah orang yang aku cintai. Dia juga bersahabat dengan Dina dan Celine sejak 3 tahun yang lalu. Walaupun kami sekelas, tetapi entah kenapa Dina dan Celine tidak terlalu dekat dengan Rifan. Sudah hampir setengah jam aku memandangi kontak Rifan, tetapi aku tidak tahu harus berbuat apa.
Saat aku sedang asyik memandangi kontak itu, ada pesan masuk di ponselku. Tidak salah lagi, itu pesan dari Faldi. Dia adalah orang yang katanya mencintaiku. Tapi kurasa cintanya bertepuk sebelah tangan, karena aku tidak ada perasaan padanya.
Itulah pesan terakhir yang dikirimkan olehnya. Lalu, aku kembali mencari kontak Rifan. Ingin sekali memulai percakapan dengannya, tetapi apa daya aku seorang perempuan yang hanya bisa menunggu dan berharap kalau dia akan memulai percakapannya duluan.
Suasana malam yang begitu sunyi dan sejuk ini membuatku semakin terjun kedalam indahnya kenangan yang dulu kulalui bersama dengannya. Ya, dengan Rifan. Lagu yang mengalir melalu earphone yang kupakai pum semakin mendukungku untuk flashback ke masa-masa indah bersama Rifan. Walaupun dia terkesan cuek, dingin dan acuh, tapi ia perhatian. Jauh dari sisinya yang lain, ia mempunyai hati yang lembut. Walaupun tak selembut kapas, aku suka.
Mulai dari caranya tertawa, tersenyum, mengejek dan khawatirlah yang bisa mencairkan semua kaum wanita yang berada disampingnya. Wanita mana yang hatinya tidak berdebar ketika orang yang ia cintai dekat dan selalu ada disampingnya ?. Walaupun dia tidak tau aku menyimpan rasa padanya, tapi sungguh aku nyaman. Biarkan seperti ini dan selalu seperti ini. Biarkan aku yang menyembunyikan rasa yang menggelitik ini darimu. Kau jangan sampai tau. Aku takut kau pergi dan tak kembali jika kau tau.
Izinkan aku menyimpan rasa ini sendiri. Mataku mulai terasa berat untuk terus terbuka. Aku lelah, mataku mulai meredup hingga akhirnya,–
Gelap.
TBC...
HAI, Sorry kalo ceritanya rancu😂. Baru belajar, maaf kalo ada typo😂. Tinggalkan jejak setelah membaca 💜. Jangan lupa vote and comment yaa. Masukin juga ke library masing masing oke ? ❤. Jangan lupa follow aku si uka 💞
.
.
.
.
Jangan lupa senyum dan bahagia:)–사랑해❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Best friend ?
Teen FictionBenar apa kata kebanyakan orang diluar sana. Tidak ada persahabatan murni yang terjalin antara pria dan wanita. Perasaan lebih akan muncul saat keduanya sudah nyaman satu sama lain. Kini hal itu terjawab sudah. Aku merasakannya. Ini tidak mudah dan...