Semakin hari, aku semakin dekat dengan Bagus. Mulai dari dia yang kini sering menelponku, berbicara di kantin, jalan-jalan dan masih banyak lagi. Kami banyak menghabiskan waktu berdua. Kalo kata anak zaman sekarang aku baper. Seperti hari ini, ia mengajakku pergi ke taman kota. Ya hanya sekedar jalan-jalan saja.
"Fel lo nanti mau kuliah ngambil jurusan apa ?" kini kami sedang duduk dibangku taman yang ada disana. "kedokteran. Kalo lo sendiri ?"
"Gue juga sama mau kedokteran. Jangan-jangan kita jodoh lagi," kami tertawa bersama hingga beberapa orang disana memperhatikan kami sambil berbisik seperti 'enak banget tu cewe dapet cowo yang bisa diajak bercanda.'
"Fel ?" tanyanya
"Hm ?" gumamku sambil menaikkan menaikkan alisku. "Kalo ada gitu cowok yang suka sama lo gimana ?" tanyanya. Aku semakin tidak mengerti, kenapa sebenarnya.
"Ya gue sih ga gimana-gimana. Kenapa ? lo suka sama gue ? hahaha" celetukku asal-asalan. "Kalo iya gimana Fel ?". Aku mengerjapkan mataku dan melihat ke arahnya. Blank. Aku masih mencerna apa yang dia katakan barusan.
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 de-"Gue asal nyeletuk tadi, gausah dianggap serius kali." ucapku. Jantung berdetak kencang sekarang. "Tapi gue terlanjur nganggep serius gimana dong ?" Aku hanya diam. Mengalihkan pandanganku agar tak bertemu dengan matanya yang kini menatapku.
"Tapi, lo nya udah sayang sama Rifan ya." ucapnya dengan nada rendah. Sedih mungkin. Ia harus menerima kenyataan kalau aku sudah memiliki tambatan hati. Aku diam seperti patung. Jujur saja, aku gugup. Aku tidak biasa berada di dalam situasi seperti ini. Aku selalu menghindar jika ada situasi seperti ini. Karena aku berpikir, bersahabat jauh lebih menyenangkan dibanding berpacaran.
"Emm, Bagus. Mending kita jalan-jalan lagi yu." pengalihan yang sangat baik. Aku tidak ingin terjerumus terlalu dalam. Bukan tidak ingin, lebih tepatnya mungkin aku belum siap. Mungkin suatu saat aku akan siap. Tunggu saja.
---
Teng...Teng...Teng
Jam istirahat baru saja dimulai. Banyak siswa yang memilih untuk ke kantin dan ada juga yang di kelas.
"Fel mau ke kantin ga ?" tanya Celine. Aku mengangguk padanya dan langsung berdiri dari kursi. Aku, Celine dan Dina pergi ke kantin. Saat di tengah perjalanan, ada yang memanggilku. Orang itu Faldi.
"Cel, Din lo duluan aja entar gue nyusul."
"Oke deh." jawab mereka. Aku segera membalikkan badanku. Aku bisa melihat Faldi agak berlari kecil untuk sampai ke depanku. Aku menatapnya dengan perasaan tidak enak.
"Kenapa ?" tanyaku.
"Nanti pulang sekolah ke taman belakang sekolah ya, ada yang mau diomongin."
Perasaan gue makin ga enak nih.
"Iya, entar gue kesana. Gue duluan ya, Celine sama Dina udah nunggu,Bye." Aku langsung jalan menuju kantin dan duduk disamping Dina.
"Ngapain si Faldi ?" tanya Dina.
"Ngajak gue ketemu pulang sekolah."
"Firasat gue ga enak nih." ucap Dina merinding. "Sama gue juga." begitu pun dengan Celine sama merindingnya. Aku menghela napas panjang dan aku melirik malas ke arah siswi berambut panjang yang kini sedang berbicara dengan Rifan. Sudah hal biasa itu terjadi, maklum siapa yang tidak bisa mengabaikan pesona seorang Rifan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best friend ?
JugendliteraturBenar apa kata kebanyakan orang diluar sana. Tidak ada persahabatan murni yang terjalin antara pria dan wanita. Perasaan lebih akan muncul saat keduanya sudah nyaman satu sama lain. Kini hal itu terjawab sudah. Aku merasakannya. Ini tidak mudah dan...