3 tahun kemudian...
"Nanti ke taman biasa dan jam biasa ya, aku tunggu." ucap seseorang pria dengan logat dan berparas Korea asli dengan tinggi 176 cm, berbalut jas dokter dan lengkap dengan stetoskop yang bertengger manis di leher jenjangnya.
Aku mengangguk sambil tersenyum ke arahnya, "Iya, tapi kalo setengah jam aku gak ada, berarti aku lagi ada pasien." balasku kepada pria itu. Ia kemudian mengangguk sebagai balasan terakhirnya, lalu ia mengacak rambutku pelan dan pergi meninggalkanku.
Felly Thaliyya Azzhar, sekarang aku seorang dokter muda yang bekerja di Rumah Sakit ternama disini. Impianku terkabul, yang awalnya kukira itu akan sia-sia tapi lihatlah, sekarang bahkan aku menggunakan jas putih yang dulu sangat aku inginkan, sangat aku harapkan dan sekarang aku memakainya.
Aku berjalan menuju lorong yang akan terhubung ke ruang periksa milikku. Membukanya perlahan, lalu duduk dikursi putar itu. Menghela napas pelan lalu menutup mataku. Lelah, tapi itu sudah jadi resikonya. Aku membuka mataku kala ada yang mengetuk pintu.
"Masuk." titahku.
Ia melongokkan kepalanya. Terlihat perempuan paruh baya dengan wajah cantiknya, Suster Ahn. Ia tersenyum, lalu membuka pintu itu lebih lebar agar akses masuk untuknya lebih mudah. Ia duduk dikursi yang biasa diduduki pasien dan menopang dagunya diatas meja.
Ia mendengus kasar, "Kau benar." ujarnya. Sepertinya aku tahu pembicaraan ini akan tertuju kemana, "Dia punya simpanan." sambungnya.
"Aku udah bilang tapi gak didengerin." jawabku berbangga diri. Ia berdecak tak suka, "Terus aku harus gimana ?" tanyanya memelas.
"Tinggalkan." jawabku asal.
"Tidak mau!" ucapnya sedikit berteriak.
"Jika tidak, bersiaplah untuk sakit kembali." Ia mendengus kasar untuk yang kedua kalinya, menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Dengarlah, kau cantik dan masih banyak pria diluar sana. Move on. It's hard, i know it. But, you must to try it. Come on, if you fail just come to here like always. I will always here, just say it to me and i will beat him for you. Simple." ujarku menyemangatinya yang sekarang terlihat begitu rapuh.
Ia masih membenamkan wajahnya disana, sementara aku menatap wanita yang sedang sakit hati ini dengan iba. Kasihan, diusianya yang bisa terbilang bukan muda lagi, wanita ini sering ditipu oleh pria yang maniak uang. Selalu saja jatuh dikesalahan yang sama, yaitu perselingkuhan.
Aku mendongakkan kepalaku tatkala mendengar suara pintu diketuk. Suster Ahn yang tadinya sudah ingin menangis, langsung berdiri dan menghapus bulir-bulir air mata yang sudah siap terjun tadi. Ia merapikan bajunya terlebih dahulu dan membuka pintu tersebut.
"Annyeonghase-"
Oh, astaga!!
Dunia terasa berhenti seketika. Napasku tercekat, jantung berdetak begitu cepat dan bahu yang biasa digunakan untuk membopong orang ini roboh seketika. Pria ini, pria yang sekarang sama kagetnya denganku, menatapku dengan penuh kebahagian yang terbukti dari senyumnya yang sekarang merekah sempurna.
Pria yang dulu sering membuatku gundah, bingung, marah dan benci. Pria yang dulu aku tinggalkan tanpa ucapan selamat tinggal, yang aku tinggal tanpa sebuah senyum tanda perpisahan seperti orang lain. Pria yang aku tinggalkan dengan sejuta perasaan yang tidak bisa aku uraikan sampai saat ini.
Pria ini, yang pernah membuatku merasakan yang namanya 'Mencintai seorang sahabat'. Kini ia berjalan mendekat masih dengan senyumnya yang aku rindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best friend ?
Teen FictionBenar apa kata kebanyakan orang diluar sana. Tidak ada persahabatan murni yang terjalin antara pria dan wanita. Perasaan lebih akan muncul saat keduanya sudah nyaman satu sama lain. Kini hal itu terjawab sudah. Aku merasakannya. Ini tidak mudah dan...