12♚

2.5K 112 9
                                    

"Mana sih si Bagus lama amat sumpah," tak lama Bagus pun datang. Dengan wajah yang sedikit kesal, aku segera masuk ke dalam mobilnya. Aku duduk dan memasang safety belt-nya.

"Dari mana aja lo, lama banget ?" tanyaku.

"Abis ngobrol bentaran sama Rifan."

"Ngomongin apaan ?" selidikku.

"Urusan cowok ini mah. Cewe ga boleh tau."

"Ko gue ga boleh tau ?" ucapku seraya menatap dan menengadahkan kepalaku padanya. "Karena lo cewe." jawabnya.

"Jangan-jangan lo ngomongin yang aneh-aneh ya sama Rifan ?" ucapku tersenyum jail.

"Otak lo udah ga suci Fel," Ia tertawa.

"Apaan ? emang yang lo kira 'aneh-aneh' itu apa ? gue mah mikirinya lo bakal ngerencanain nyontek bareng di WC sekolah. Soalnya bentar lagi kan kita UAS." ucapku, "Emang lo mikirnya apa ?" tanyaku.

"Hahaha, parah lo. Gue udah ambigu!!" Ia tertawa puas sekali. "Berarti otak lo tuh yang ga suci, hahaha..." ucapku. Kami tertawa. Sepanjang perjalanan kami bercanda dan tertawa. Waktu terasa cepat hingga kami sudah sampai di rumahku.

"Lo mau masuk atau tunggu di mobil ?" tawarku. "Di mobil aja." Aku menganggukan kepalaku dan segera masuk ke rumah. Mengambil beberapa pakaian dan membawa sejumlah uang. Aku mengambil ponsel dan menghubungi Celine dan Dina. Aku lupa belum memberi tau mereka. Secara, kemarin aku terlalu panik. Alhasil, aku lupa memberitahu mereka.

          Aku langsung memasukkan ponselku ke dalam saku blazer yang aku pakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku langsung memasukkan ponselku ke dalam saku blazer yang aku pakai. Aku mengambil tas dan turun ke bawah. Membawa beberapa makanan yang ada di kulkas. Aku mendengar suara langkah kaki. Semakin lama semakin dekat dan terdengar jelas. Hingga akhirnya, suara itu tak terdengar lagi. Ada tangan yang menepuk bahuku. Aku terlonjak kaget dan berteriak.

"AAAAAAAAA!!!!"

"AAAAAAAAAA!!!!"

Tunggu, aku kenal suara ini. Suara ini tidak asing. Aku langsung membalikkan tubuhku, masih dengan perasaan kaget dan takut. Saat aku berbalik, ia memukul lenganku pelan.

"Kamu ngapain teriak, jadi mamah ikutan teriak." ucapnya sambil mengelus-ngelus dada. Ia adalah Ibuku.

"Siapa suruh mama dateng ngendap-ngendap kaya maling. Ya aku takutlah mah. Reflek."

"Jantungan mama."

"Oh iya gimana Rifan ?" sambungnya.

"Besok udah boleh pulang kata dokter."

"Bagus deh kalo gitu. Sekarang kamu mau kemana ?"

Best friend ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang