Hari yang cukup cerah untuk membuka lembar baru. Membuat kenangan baru dan memori baru bersama-sama. Jangan pikirkan hari kemarin yang sudah berlalu, itu tak akan bisa berubah. Pikirkan untuk hari-hari selanjutnya. Jangan biarkan kau diam dalam kenangan. Hal indah bisa saja terjadi jika kau tidak hanya berkutat dalam satu hal. Terutama kenangan. Biarlah itu berlalu, jadikan pelajaran untuk kedepannya.
Dan kejadian kemarin, anggap saja itu bonus untuk menuju tahap kedewasaan. Karena dengan cara begitu, aku jadi tau. Tau kalau semua orang yang aku lihat baik dari tampilan dan cara bicaranya, belum tentu baik dalam sifatnya. Don't judge someone by the cover. Itu adalah kata-kata yang pantas untuk menggambarkan Faldi.
But, let's postive thinking. Mungkin saja dia sedang dalam fase terburuk dalam hidupnya, sehingga ia tak bisa mengontrol emosinya kemarin. Dan secara tidak sengaja pula aku memancing dia dengan perkataanku yang sebenarnya tidak patut aku katakan kepada orang yang bisa dibilang asing untukku. Jadi, kemarin dia menamparku tak sengaja. Aku memaafkannya, karena dari situ aku bisa belajar banyak hal.
"Makasih ya Fel udah nemenin gue. Soal Faldi, gue ga bisa janji ke lo kalo gue ga bakal ngehajar dia."
Ucapan itu terus teringiang di kepalaku dari tadi malam. Dan sekarang, Rifan diam dibangkunya, memainkan ponselnya. Aura tidak bersahabat menyelimuti tubuhnya. Aku dan yang lain tidak berani menegurnya, apalagi mengajaknya bicara. Entah ini ada sangkut pautnya dengan Faldi atau ada masalah lain yang mengganggunya. Sesulit apapun aku mencoba untuk tidak peduli kenapa dia, tapi tidak bisa. Jadi aku hanya meliriknya dari tempatku sekarang.
Ngomong-ngomong, sekarang harusnya pelajaran kimia. Tapi, karena guru-guru sedang rapat untuk study tour, jadi sekarang jam kosong.
"Nonton Film horror yu, gue bawa CD-nya." teriak seseorang dan disambut meriah oleh yang lain. Kami bosan dan untuk menghilankan bosan, kami menonton film saja. Setidaknya itu bisa menghilangkan rasa bosan yang melanda. Kami menonton dari proyektor yang ada di kelas kami. Lampu dimatikan, tirai ditutup, seperti di bioskop. Semua pandangan tertuju pada layar proyektor ketika film dimulai.
Drtt...Drtt..
Ponselku bergetar. Ada pesan masuk. Aku mengeceknya, dari Bagus.
"Fel." sapa Bagus dari kejauhan. Dia melangkah mendekat, "Yu, nanti pulangnya takut kesorean." ucapnya saat sudah ada di depanku. Aku menangguk sebagai tanda setuju. Aku masuk ke dalam mobilnya dan langsung pergi. Ia membawa ku ke suatu tempat yang sejuk dan menyegarkan. Ia membawa ku ke taman, indah sekali. Kami duduk dibangku taman yang sudah disediakan.
"Jadi gimana ceritanya ?" Ia mengubah posisi duduknya menjadi menghadapku.
"Gue dulu yang tanya, lo tau dari mana soal ini ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best friend ?
Fiksi RemajaBenar apa kata kebanyakan orang diluar sana. Tidak ada persahabatan murni yang terjalin antara pria dan wanita. Perasaan lebih akan muncul saat keduanya sudah nyaman satu sama lain. Kini hal itu terjawab sudah. Aku merasakannya. Ini tidak mudah dan...