Masih hari yang sama, malam yang sama dan tempat yang sama. Tempat yang mungkin akan aku klaim menjadi tempat yang paling aku hindari untuk aku kunjungi. Salahkan Rifan yang mengutarakan perasaannya tentang Jenny padaku di tempat ini. Ah, tidak sepertinya itu terlalu berlebihan. Aku yang salah, rasa yang tumbuh ini yang salah. Ah, tidak rasa ini tidak salah, benar aku yang salah. Harusnya aku bisa mencegah rasa ini dari dulu. Dari awal aku merasakan perasaan menggelitik jika dekat Rifan, perasaan yang semakin lama semakin tumbuh dan semakin ingin berada didekatnya dan jadi miliknya. Aku yang salah, membiarkan rasa yang salah ini tumbuh dalam diriku.
Hening.
"Gue mau nanya." ucapku lirih, ia mengerutkan dahinya, "Sejak kapan lo izin kalo mau nanya ?" ucapnya sambil tersenyum ke arahku.
"Kenapa lo sukanya sama Jenny ? kenapa lo ga terima aja Celine waktu itu ?" ucapku pelan, aku takut salah bicara.
Ia menghela napas, memandangku lembut, "Kan gue udah jelasin waktu itu. Gue ga nerima dia karena emang gue ga ada perasaan sama dia dan dia ga nunjukin kalau dia suka sama gue," ucapnya.
"Kalo Jenny, dia nunjukkin ke gue kalo dia suka sama gue. Dia ngasih action bukan sekedar ngomong, 'Gue suka sama lo'." lanjutnya, aku mengalihkan pandanganku.
"Emang, awalnya gue mikir pasti ni cewe bakal kaya yang lain, ribet-ribet ga jelas dan malah terkesan nyusahin hidup gue," ucapnya, ia menarik napas sebelum melanjutkan ucapannya.
"Ternyata dia ga gitu, dia beda dan gue rasa gue bisa nerima dia." tuturnya.
Aku terdiam.
"Dan gue rasa, gue harus nyuruh dia berhenti merjuangin gue." ucapnya, aku menatap bingung ke arahnya, "Kenapa ?" tanyaku.
"Karena gue yang bakal berjuang buat dia."
Detik itu, duniaku terasa berhenti. Pupus semua harapanku.
---
Rifan POV
"Karena gue yang bakal berjuang buat dia."
Detik itu, aku merasa sangat bersalah karena mengucapakan kata itu. Tapi apa boleh buat, kau sudah nyaman bersama Bagus. Aku cuma sebatas sahabat yang bisa melindungimu dari belakang. Sementara Bagus, akan selalu ada disisimu. Memang pada dasarnya seorang pelindung akan selalu berjalan dibelakang. Bagus disisimu tapi dia menyakitimu, aku dibelakangmu tapi aku melindungimu. Tapi aku juga manusia, punya titik jenuh. Dan kurasa ini waktu dimana aku merasakan itu. Merasakan ke jenuhan akan mencintai seseorang yang tak kunjung datang ke dalam dekapanku.
Hening.
Walaupun aku merelakan diri untuk menjadi pelindungnya, bukan berarti aku kuat dan punya hati seperti malaikat. Walaupun aku merelakan diri sebagai sandarannya, bukan berarti aku tidak butuh sandaran dan tidak punya masalah tentang cinta atau apapun. Walaupun aku tau hubungan kalian akan kandas, walaupun aku tau cerita dibalik semua kecurangan hubungan kau dengannya, aku tidak bisa. Ku pikir akan mudah merelakanmu dulu dengan yang lain, ku pikir merelakanmu dulu dengan Bagus akan mudah untukku. Ternyata tidak, dugaanku salah. Semakin lama kau dengannya, semakin aku ingin segera menarikmu dalam dekapanku.
Bagus, walaupun aku tau cerita aslinya dibalik semua ini, tapi aku berusaha menahan untuk tidak membongkar semuanya. Aku perlu bukti cukup untuk membuat Felly percaya. Aku yakin, pasti ada orang lain yang mendukung aksimu, tidak mungkin kau menjalankan sendiri. Tapi siapa orang itu, apakah Celine atau Faldi ? atau bahkan keduanya ? Siapa pun itu harus ku selesaikan. Walaupun aku mencoba menerima Jenny, bukan berarti Felly aku lupakan. Ya aku lupakan, sebagai seorang yang aku cintai. Sebagai sahabat, tentu saja tidak. Dia sahabatku dan tidak akan pernah berubah walau ada seseorang yang menodong pistol di kepalaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best friend ?
Teen FictionBenar apa kata kebanyakan orang diluar sana. Tidak ada persahabatan murni yang terjalin antara pria dan wanita. Perasaan lebih akan muncul saat keduanya sudah nyaman satu sama lain. Kini hal itu terjawab sudah. Aku merasakannya. Ini tidak mudah dan...