Malam yang sejuk ditemani dengan rasa yang bergejolak. Rasanya hatiku ingin meledak dibuat senang olehnya. Siapa lagi kalo bukan dia. Si pangeran nyasar. Duduk bersama dibawah bintang-bintang, menatap indahnya kota dan sejuknya malam. Ditambah lagi pernyataanya yang sekarang merubah statusku dengannya. Hari ini, lebih tepatnya malam ini, statusku dan dirinya berubah. Sepasang kekasih, ya bisa dibilang begitu. Tapi, jika aku si orang paling cuek dan jutek diantara yang lain, disatukan dengan Bagus si orang cerewet dan tidak bisa diam. Apa jadinya ya. Lihat sajalah nanti.
Aku terlalu bahagia hari ini. Senyum yang terlukis diwajahku tak kunjung pudar. Aku senang sekali. Benar kata orang-orang, aku tak bisa selamanya berkutat hanya pada satu orang saja. Aku harus memikirkan yang lain juga. Termasuk soal perasaan. Aku tidak bisa hanya berpikir tentang Rifan saja bukan, aku harus bisa memikirkan perasaan orang yang mencintaiku juga. Terutama jika orang itu benar-benar tulus mencintaiku. Aku tidak mungkin menyia-nyiakan ketulusan yang Bagus berikan untukku demi cinta yang tak kunjung terbalaskan. Aku akan menunggu, tapi tak selamanya. Ku akan menanti setiap waktu, tapi tak selamanya.
Melupakan bukan sesuatu yang mudah. Mencintai juga bukan sesuatu yang mudah. Semua punya resikonya masing-masing. Semakin lama kau melupakan atau mencintai, semakin banyak juga resiko yang kau tanggung. Aku memilih Bagus bukan berarti aku wanita yang setiap melihat pria sedikit saja, aku langsung jatuh cinta. Jika kalian berpikir aku begitu, kalian salah besar. Aku hanya mencoba untuk menghargai dan mempertahankan. Mempertahankan hubunganku saat ini dengan Celine dan Dina. Persahabatan jauh lebih penting bagiku daripada rasaku pada Rifan. Aku tidak ingin semuanya hancur dan meninggalkan bekas yang amat sangat menyakitkan. Jika hanya menyakitiku, aku tidak masalah. Tapi, jika itu menyakiti Celine, Dina dan Rifan aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Ingat apa yang ku katakan ? biar aku saja yang merasakan, mereka jangan.
"Gue seneng lo nerima gue." ucap Bagus sesudah memberikan bunga itu padaku. Ia menghela napas panjang dan menghembuskannya. Ia memindahkan gitar yang ada dipangkuannya ke atas rumput. Lalu ia menatapku. Ia tersenyum. Sudah ke berapa kalinya hari ini aku terpesona dengan senyumannya. Aku yang masih malu-malu kucing, hanya tersenyum saja mendengarnya.
"Berhasilkan gue ngebuat lo suka sama gue ? hebat ya." ucapnya membanggakan diri. "Iya lo berhasil dan lo yang menang. Puas lo ?" ucapku, aku tertawa lepas dan dia juga. Di bawah langit malam yang penuh bintang, kami tertawa bahagia.
"Pulang yu, udah malem." tawarnya.
"Yu caw, kita pulang."
Aku membantunya merapikan koran-koran yang tadi kami pakai. Selama perjalanan, kami bercanda seperti biasa. Tidak ada yang berubah. Hanya status kami saja yang berubah, sikap sama sekali tidak. Hebatnya, kami tidak canggung satu sama lain. Seperti tidak ada apa-apa. Mobilnya berhenti tepat di perempatan menuju rumahku. Karena lampu merah sedang menyala. Aku melihat keluar sejenak, sampai aku rasakan tangannya menggenggam tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best friend ?
Teen FictionBenar apa kata kebanyakan orang diluar sana. Tidak ada persahabatan murni yang terjalin antara pria dan wanita. Perasaan lebih akan muncul saat keduanya sudah nyaman satu sama lain. Kini hal itu terjawab sudah. Aku merasakannya. Ini tidak mudah dan...