Yes, it's you.
Sial, bisakah aku bahagia sebentar saja ? Tom, I need you now. Tapi, kamu pergi sama cewek lain ? that's good idea for make me hurt again, thank you.
Aku melihatnya, dan lihat tangan wanita itu. Bergelayut mesra diantara pergelangan Bagus. Kejadian yang sama seperti beberapa waktu lalu, bedanya ini bukan wanita yang waktu itu, jadi siapa dia ?
"Udah semua tinggal bayar." ucap Mama setelah mencari apa yang kami butuhkan, "Ayo pulang." lanjutnya.
Aku menoleh sebentar melihat mereka bermesraan, "Ayo Ma." jawabku.
Mama mengikuti arah pandanganku, "Bukannya itu Bagus ?" selidiknya.
"Bukan Ma, mata Mama rabun kali." ucapku santai.
"Iya kali ya..."
Kami berjalan menuju kasir. Pandanganku bertemu dengan pandangan Bagus. Ia terlonjak kaget, sementara aku menatapnya datar. Ia buru-buru melepaskan tangan wanita itu dari lengannya dan menatapku kaget. Mengeluarkan ponselnya dan ia sepertinya mau menghubungi seseorang. Dan tak lama, ponselku bergetar.
Bagus
Ia menelponku. Lucu sekali, untuk apa dia menelponku sementara jarak kami hanya 20 langkah dan ditambah kami sedang menatap satu sama lain. So stupid.
Setelah selesai, aku membantu Mama dan membawa beberapa plastik yang ada di tangan wanita itu. Aku melihat ke arah mereka sebentar. Melukis senyum sinis kearah Bagus, "Gue duluan." ucapku memberi isyarat.
Ia mengangguk masih dengan ekspresi kagetnya.
Malam telah tiba, kejadian tadi terus terngiang di kepalaku. Rasanya ingin sekali menjambak rambutnya hingga rontok, kalau perlu sampai botak saja. Aku tidak peduli.
"Assalamualaikum." seru seseorang pria yang suaranya terdengar tak asing ditelingaku.
Aku berlari ke bawah dan langsung menatap pria itu penuh binar. Akhirnya, pulang juga.
"Papa!!" teriakku. Aku menerjang tubuh tegap itu dengan semangat.
"Kamu ih udah gede masih kaya bocah." ucap Papa sambil membalas pelukanku.
"Biarin aja." ucapku seraya mengeratkan pelukanku. Ia mencium pucuk kepalaku lembut. Aku melepaskan pelukanku.
"Liat Pa, ada yang cemburu." seru jahilku, aku melirik Mama yang sedari tadi hanya menjadi penonton.
"Ini anak jailnya ga ketulungan." ucap Mama, aku tertawa seraya melangkahkan kakiku ke sofa ruang tamu.
Aku bersyukur, Papa datang hari ini. Membuat semua masalah yang sedang aku alami terlupakan untuk sejenak, terganti dengan canda tawa yang aku rindukan.
"Fel, kamu mau lanjut kuliah di Korea ?" tanya Papa saat kami sedang berkumpul di ruang keluarga. Aku mengangguk sebagai balasannya.
"Papa sih setuju aja, asal kamu belajar yang bener."
"Mama juga setuju aja sih." ucap Mama.
"Papa ditugasin disana bulan depan, abis kamu lulus nanti, Papa bawa kamu kesana." tegasnya.
"Mama ga diajak ?" tanya Mama.
"Ya sedih deh..." lanjutnya.
"Kalo Mama mau diem disini jagain rumah sih gak apa-apa, Ma." Aku terkekeh setelah mengatakan itu dan dihadiahi tatapan sinis dari Mama.
---
"Halo ?"
Bagus menelponku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best friend ?
Teen FictionBenar apa kata kebanyakan orang diluar sana. Tidak ada persahabatan murni yang terjalin antara pria dan wanita. Perasaan lebih akan muncul saat keduanya sudah nyaman satu sama lain. Kini hal itu terjawab sudah. Aku merasakannya. Ini tidak mudah dan...