7♚

3.1K 161 6
                                    

Rifan POV

Kurang lebih sudah 20 menit aku menunggu. Felly tak kunjung datang dan juga menelponku. Akan ku tunggu dia 5 menit lagi, jika dia tak kunjung datang, aku akan mencarinya.

"Fan lo nunggu siapa ?" tanya Daniel. Dia temanku. "Gue nunggu Felly. Lo liat dia ga ?" tanyaku.

"Ga liat. Biasanya kan bareng sama Celine sama Dina."

"Mereka udah balik duluan tadi. Dia udah janji mau nganter gue, eh sekarang ilang dia. Kaya setan tu anak, bisa ilang. Inpisible."

"Invisible Fan, invisible. Pake 'v'." ucapnya sambil mengangkat tangannya membentuk huruf v. "Suka-suka gue dong, yang ngomong siapa ?" tanyaku meledek,

"Serah lo Fan, yang penting hidup lo tenang dan sejahtera. Cuma kalo tiba-tiba rumah lo diserang bom molotof, jangan tanya siapa yang nyerang. Itu gue." ucap Daniel sembari menunjuk dirinya sendiri. Aku terkekeh pelan.

"Lucu gembel," Aku menampar pelan pipi Daniel. "Udah ah gue mau nyari Felly." Aku berdiri dan beranjak dari sana. Aku mencoba untuk menghubunginya.

"Pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini."

"Bagian gue lagi butuh, pulsa abis." gumamku, aku terus mencarinya. Mulai dari ruang UKS, ruang PMR, kelas, kantin. Tapi hasilnya nihil. Tidak seperti biasanya dia menghilang seperti ini, kecuali ada sesuatu yang penting.

"Kemana sih tu anak, diculik apa ?" Aku mengacak rambutku. Lelah, panas, bingung. Apa yang terjadi padanya ? Ya tuhan bantu aku, dimana dia. Apakah urusan itu sangat penting sekali untuknya ?

"Dimana sih lo Fel, semua tempat udah gue cari." Aku berhenti sejenak sambil berpikir kemana dia.

1 detik
2 detik
3 detik

"Taman belakang."

Aku berlari ke taman belakang, semoga saja dia ada disana. Jujur saja, walaupun aku dan dia sering sekali berkelahi karena hal kecil, tapi kalau dia menghilang tanpa kabar, aku takut. Aku khawatir. Seorang Felly Thaliyya Azzhar mana mungkin bisa nyasar di sekolah sendiri ?

Aku berada di taman belakang sekolah sekarang. Aku melihatnya sedang duduk dibangku taman. Tapi dia sendiri disana. Aku mencoba mendekatinya. Awalnya aku mau mengagetkannya, tapi langsung ku urungkan niatku. Aku tertegun saat melihat bahunya bergetar, semakin aku mendekatinya aku mulai bisa mendengarnya dengan jelas. Dia terisak. Ada apa ini ? apa yang terjadi ?

---
F

elly POV

Aku terisak sekarang. Aku mendengar ada suara orang mendekat. Dengan tergesa-gesa aku menghapus air mataku yang meleleh membasahi pipiku. Tapi aku masih enggan untuk menengadahkan kepalaku. Ia makin mendekat dan kini menepuk bahuku.

"Fel." ucap Rifan. Aku menoleh dan tersenyum miris ke arahnya. Ia memandangku dengan pandangan penuh dengan kebingungan. Aku yakin setelah ini akan ada sesi dimana, aku akan diintrogasi dan diberi banyak pertanyaan oleh orang ini. Kini ia sudah duduk disampingku.

"Lo kenapa, hm ?"

"Gak apa-apa ko." ucapku parau.

Seolah bisa membaca pikiranku, dia tidak menuntutku untuk menjawab jujur. Seperti sekarang, dia menarikku ke dalam dekapannya. Hangat dan nyaman. Membuatku menumpahkan semuanya. Aku tidak banyak bicara. Ia juga, hanya dengan dekapan aku sudah cukup terobati.

Best friend ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang