17♚

2K 101 4
                                    

Waktu terus berjalan, tak bisa dipercepat atau kau ulang. Walaupun banyak kejadian yang tak kau suka diwaktu lampau, biarkan itu menjadi pelajaran untuk esok hari dan bahkan untuk kedepannya. Belajarlah dari pengalaman yang kau dapat. Karena pengalaman adalah guru terbaik yang bisa menyadarkanmu dari banyak hal.

Ujian akhir telah cukup lama berlalu. Kini kami sedang menikmati masa-masa bebas kami. Kau datang pukul 7, lalu ingin pulang pukul 8 tidak jadi masalah sekarang. Masa-masa kami bebas dari tugas, PR dan hukuman guru-guru dikala kita lupa mengerjakan PR atau tidak memakai lencana.

Hubunganku dengan Bagus, sejauh ini kami damai-damai saja. Seperti biasa, aku yang jutek berdebat dengan Bagus yang cerewet seperti ibu-ibu ngidam. Tapi ku harap akan selalu seperti ini sampai waktu yang menentukannya. Kalau kami bertahan sampai ke jenjang yang lebih serius, aku bersyukur. Kalau kandas ditengah jalan, mungkin aku bukan jodohnya dan juga sebaliknya.

Rifan. Aku sudah jarang bicara dengannya. Terakhir aku bicara denganya waktu kita di cafe. Setelahnya kami hanya saling tatap saja. Mungkin karena aku sekarang jadi lebih sering bersama Bagus dan ia lebih sering berkumpul dengan anggota klubnya. Dan juga Rifan jadi sering bersama 'wanita itu'. Ya, wanita yang menjadi tiba-tiba dekat dengannya semenjak aku bersama Bagus. Jenny. Dia orang yang waktu itu chat bersama Bagus jika kau ingat.

"Fel jalan yu, bosen di rumah gue!!" keluh Celine. Ia terlihat seperti orang yang kurang liburan, kusut sekali. "Ayo deh, gue juga bosen di rumah, tapi gue izin dulu ke Bagus." ucapku.

"Mesti izin segala kaya RT lo, wajib lapor 1 kali 24 jam." ucap Dina geram.

"Suka-suka gue. Ya udah, kalian tunggu bentaran." ucapku sambil pergi meninggalkan mereka. Aku langkahkan kakiku ke kelasnya dan-

Ketemu!!

"Tom, sini!!" titahku.

"Tu Tom, peri kecil lo nyariin!!!" ucap teman sekelasnya, entah aku lupa siapa namanya. Kalau tidak salah, Jeno. Ia menghampiriku yang berdiri di depan pintu kelasnya. Menarik tanganku dan membawaku ke tempat yang tidak terlalu banyak orang. Kalian tau kalau aku berbicara dengannya di depan kelasnya, akan ada setan-setan kecil yang mengganggu dan menggoda kami. Aku tidak suka digoda seperti itu, jujur aku malu.

"Kenapa ? kangen ?" tanyanya.

"Serah lo," ucapku. "Gue ga bisa pulang bareng lo hari ini, sorry." sambungku. Aku menatapnya dengan tatapan merasa bersalah padanya.

"Emangnya peri kecil gue mau kemana, hmm ?" tanyanya lembut. Lembut sampai aku menunduk malu dibuatnya. Ia mengangkat daguku menggunakan telunjuknya. Menatapku dalam, lalu tersenyum lembut. Ia menarik kembali jari yang tadi ia pakai untuk menegakkan kepalaku.

"Mau kemana ?" tanyanya, lagi.

"Mau pergi sama Celine sama Dina." ucapku.

"Ya udah pergi aja, jangan pulang ke maleman tapi." ucapnya lembut.

"Bener ?"

"Iya, Jerry." ucapnya, "Lagipula gue ada perlu juga hari ini." sambungnya.

"Kemana ?"

"Biasalah, ada urusan." ucapnya seraya mengerlingkan alisnya.

"Gaya ae bang," godaku. "Ya udah gue duluan ya, Celine sama Dina nungguin kasian." lanjutku.

Best friend ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang