Langit cukup gelap hari ini, tak bersahabat. Angin berhembus cukup kencang diluar. Udara cukup dingin pagi ini, membuatku enggan untuk membuka kedua mataku. Tapi aku harus bangun. Dengan berat hati aku membuka kedua kelopak mataku. Yang aku jumpai untuk pertama kali saat membuka mataku adalah keheningan. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, untuk mengumpulkan kesadaran.
Dia masih tertidur. Aku tidak akan membangunkannya, biarlah dia beristirahat agar bisa pulang dengan cepat. Aku tak tega melihatnya terbaring disini. Aku menegakkan kepalaku, melihat-lihat sekitar.
05.30
Lebih baik aku bangun dan cuci muka. Aku beranjak dari tempat duduk itu dan membasuh wajahku. Selesai mencuci muka, aku keluar sebentar untuk menghirup udara pagi yang menyejukkan pikiran maupun hati. Sekalian mencari makan untukku dan makanan untuk Rifan. Ia mengeluh dengan makan Rumah sakit yang hambar.
Udara yang sejuk membuatku tenang dan damai. Kapan lagi bisa seperti ini. Tak akan ku sia-siakan waktu pagiku yang se tenang ini. Karena biasanya setiap pagi aku akan terburu-buru untuk bersiap-siap untuk ke sekolah dan saat libur aku bangun agak siang. Bukan tidak ada maksud aku bangun agak siang, tidak cukup tidurlah yang membuatku begitu.
"Dari mana lo ?" ucapnya saat aku kembali. "keluar bentaran, cari makan" ucapku sambil menaruh bungkusan itu di atas meja.
"Masih sakit ga ?" tanyaku.
"Udah engga. Ingin pulang gue, bosen disini. Makanannya ga enak lagi, gue ingin makan ikan asin." tuturnya sambil memasang wajah sok sedih dan tersiksa.
"Oh iya tante Citra kemana ?"
"Tau deh, bilangnya aja bentaran. Tau nya se abad." rutuknya.
"Maklum, cewe." jawabku.
"Emang cewe pada lelet yaa..."
"Terus lo bilang gue lelet gitu ya ?" ucapku berkacak pinggang.
"Gue ga bilang lo lelet ko, lo aja yang terlalu peka."
"Apa lo bilang ?"
"Engga, gue bilang lo cantik" ucapnya sambil tersenyum paksa.
Aku tau dia hanya bercanda. Aku tau dia orangnya suka bercanda, tapi kenapa jantungku harus berdetak lebih cepat. Seberusaha apapun aku menahan untuk tidak salah tingkah, tapi tetap saja. Aku tidak bisa. Aku lebih memilih berbalik dan membuka makanan yang tadi ku beli, daripada aku harus menjawab gurauannya. Itu akan membuatku terjerumus semakin dalam dan akan semakin susah untuk melepasnya.
Dua jam telah berlalu, dokter datang untuk memeriksanya. Dokter bilang, dia boleh pulang besok. Syukurlah. Aku tersenyum pada dokter dan berterima kasih padanya. Tak lama dari kepergian dokter dari ruangan ini, tante Citra datang.
"Hai tante..." ucapku.
"Hai sayang..." ucapnya dan langsung memelukku. Aku membalas pelukannya. "Jam berapa kamu nyampe sini kemaren ?" ucapnya sambil melepaskan pelukannya.
"Jam setengah delapanan tan."
"Mamah dari mana aja sih ? katanya sebentar taunya baru balik lagi sekarang. Aku tuh ga bisa diginiin mah ga bisa!!" ucapnya dengan tampang manja yang dibuat-buat.
"Lebay ah udah segede gaban gitu masih harus mamah temenin aja" ucap Citra berkacak pinggang, "Kemaren mamah juga niatnya kesini lagi. Tapi,-"
"Tapi apa ?" ucap Rifan menyelidik.
"-ada urusan mendadak."
"Urusan apa ?"
"Secret."
KAMU SEDANG MEMBACA
Best friend ?
Teen FictionBenar apa kata kebanyakan orang diluar sana. Tidak ada persahabatan murni yang terjalin antara pria dan wanita. Perasaan lebih akan muncul saat keduanya sudah nyaman satu sama lain. Kini hal itu terjawab sudah. Aku merasakannya. Ini tidak mudah dan...