Jilid 2

5.5K 80 1
                                    

PERLU DIKETAHUI, perkampungan Tang-mo-san-ceng ini mempunyai pamor yang tidak lebih rendah dari pada nama besar Sian-hong-hu ataupun Ci-wi-wan, kepala kampungnya Ki lok-sian-tong bocah 'dewa kegembiraan' hoa Tay-siu dan istrinya Yauti-giok li' gadis suci dari nirwana' Lan Ting adalah jago-jago yang termasyhur dalam duniz persilatan.

Dibandingkan dengan si kakek malaikat Nyoo Thian-wi atau si bayangan pedang pengejar nyawa leng Hong-bin, mereka jauh lebih supel dan memperhatikan keselamatan umat persilatan, apalagi dia adalah kakak seperguruan dari Leng Hong-bin sendiri.

Semenjak Nyoo thin-wie dan leng hong bin menemui ajalnya, tanpa terasa perkampungan Tang mo-san-ceng telah berubah menjadi tempat suci terakhir dimana umat persilatan menggantungkan harapannya.

Ternyata Ki-lok-sian-tong Tay-siu tidak membuat orang kecewa setelah Leug Hong bin binasa, dia bersama -sama mendirikan sebuah papan pengumuman pembasmi iblis dalam perkampungan Tang mo-san-ceng.

Berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus nama gembong iblis dan pejabat yang sudah banyak melakukan kejahatan mereka tempelkan di atas papan pengumuman tersebut dengan catatan barang siapa dapat membunuh seorang diantaranya akan memperoleh jasa dan pahala.

Didalam keputus-asaan mereka karena gagal untuk mengetahui siapakah pembunuh keji yang telah membunuh Cing sia siang ni Kim teng sin ihm wan sim seng siu dan Kiam in tui hun, terpaksa ditempuhnya cara ini.

Menurut anggapan mereka, seandainya gembong-gembong iblis itu berhasil dibasmi semua, bukankah pembunuh keji itupun pasti berada diantara orang-orang yang terbunuh. Tapi kenyataannya, selama tujuh bulan ini kecil sekali hasil yang berhasil mereka peroleh.

Mereka yang datang merobek nama penjahat di atas papan pengumuman itu, paling banter hanya bisa membunuh beberapa orang penjahat dari kelas dua, tiga saja.

Oleh karena itu, Hoa Tay siu maupun jago-jago yang lainnya itu yang bergabung dalam perkampungan itu menjadi gelisah sekali.

Celakanya justru mereka tidak berhasil menemukan cara lain yang jauh lebih baik.

Arak sudah kenyang diminum, akan tetapi pengemis itu belum juga menyinggung tentang gembong iblis yang dibunuh, lama kelamaan habis sudah kesabaran sastrawan berusia pertengahan itu, setelah mendengus dingin, tegurnya:

"Saudara Lok, apakah ulat-ulat arakmu sudah dibunuh semua?"

"Ehm......eehhmm.....sudah habis dibunuh semua!" jawab si pengemis dengan mulut masih penuh dengan makanan.

"Hari ini, kau membawa berita kematian dari siapa?"

Mendadak pengemis tua itu mendongakkan kepalanya, lalu berteriak keras :

"Wan lote jangan buru-buru membicarakan orang mati, bikin napsu makan orang hilang saja, mari, mari, mari, mari kuperkenalkan dulu kalian dengan bocah keparat ini!"

Kemudian sambil berpaling ke arah Oh Put Kui katanya : "Hei bocah keparat, mari lohu perkenalkan dirimu dengan tiga orang tokoh sakti!"

Sambil menuding ke arah pendeta bertubuh tinggi besar itu serunya : "Dia adalah tianglo dari siau lim pay, Hui leng taysu!"

Oh Put kui segera menjura dan katanya sambil tertawa: "Pemimpin dari ruang Lo han tong memang betul-betul seorang tokoh sakti yang termasyhur!"

Pengemis tua itu segera terkejut bisiknya: "Hei bocah keparat, tampaknya kau luar bisa sekali!" kemudian sambil menuding ke arah tosu itu katanya: "Dia adalah Hian pek Cinjin dari Bu tong pay!

"Salah seorang dari Bu tong siang kiam, sudah lama ku kagumi nama besarnya!" puji Oh Put kui sambil tertawa.

Pengemis tua itu segera melotot gusar ke arahnya, kemudian baru menuding ke arah sastrawan berusia pertengahan itu sambil melanjutkan : "Dan dia adalah Hoa san tianglo, Kim ci bu tek 'jari emas tiada tandingannya' wan Ciu beng!"

Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang