RAK BUKU itu sangat besar, lebarnya dua kaki dengan ketinggian beberapa kaki, semuanya terbagi menjadi tujuh rak, setiap rak penuh dengan buku-buku.
pengemis pikun memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, mendadak ia merasa agak bingung.
Dia tak mengira kalau gua tersebut begitu kering dengan udara yang segar, buktinya begitu banyak buku yang tersimpan dalam gua itu sama sekali tidak lembab dan rusak.
Dia lantas mendongakkan kepala bermaksud untuk menanyakan hal ini kepada Oh Put Kui.
Tapi mimik wajah Oh Put Kui justru membuatnya semakin tertegun.
Ternyata Oh Put Kui sedang duduk dikasur duduk sambil menangis tersedu-sedu.
Pelan-pelan pengemis pikun segera maju menghampirinya ia menemukan secarik kertas tergeletak didepan anak muda itu, ketika diambiI maka terlihatlah beberapa patah kata tercantum disitu:
"Kekasih lama menuntut balas kepada guru, Gi-hweesio mengembara keujung langit, nak, aku pergi dulu, baik-baiklah jaga diri, baik-baiklah jaga diri."
Tulisan itu nampak sangat indah dan penuh bertenaga, membuat pengemis pikun yang melihatnya segera memuji tiada hentinya.
"Dari sini dapat diketahui kalau pengemis pikun inipun mempunyai pengetahuan tentang ilmu sastra.
Dia lantas membentangkan kertas surat tersebut didepan mata pemuda itu, kemudian katanya sambil tertawa:
"Hei, bocah muda, gurumu sudah minggat!" Oh Put Kui mendongakkan kepalanya, dengan wajah penuh air mata dia berkata : "Lok tua, mari kita pergi!"
Dia menerima kembali surat peninggalan dari gurunya itu dan melompat keluar dari ruangan, tanpa berpaling lagi ia tinggalkan gua tersebut.
Pengemis pikun tak berani berdiam kelewat lama disitu, ia segera mengikutinya pula dari belakang.
Setelah menutup kembali pintu gua, Oh Put Kui kembali menyembah tiga kali, Kemudian ia baru berkata :
"Lok tua, kali ini aku benar-benar telah menjadi seorang gelandangan yang tak punya rumah lagi."
Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ia membalik sepasang matanya yang kecil dan berseru:
"Bocah muda, benarkah gurumu adalah seorang hwesio?"
Oh Put-kui manggut-manggut.
Mencorong sinar terang dari balik mata pengemis pikun itu, serunya kembali:
"Tay-gi sangjin?"
"Dari mana kau bisa tahu?" sahut Oh Put Kui dengan sekujur badan gemetar keras.
Begitu ucapnya tersebut diutarakan, ia baru menyadari kalau sudah salah berbicara.
Dengan ucapan tersebut, bukankah sama artinya dengan memberitahukan kepada pengemis tua, siapa gerangan suhunya?
Pengemis pikun segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... .haaahhh haaaahhh dalam dunia yang begini luas, hwesio bodoh cuma seorang, dialah sipendeta sinting Tay-gi sangjin yang disebut orang persilatan sebagai tokoh sakti!"
"Aaaai Lok tua, kau sangat cerdik!" puji Oh Put-kui sambil menghela napas.
"Haaahhh..,.haaaahhh haaaahhh masa kau baru tahu anak muda ?" pengemis tua nampak amat bangga.
"Aaah, tidak! Hal ini sudah kuketahui sejak berada di tepi telaga kiu liong thian ."
Kali ini pengemis tua yang dibikin tertegun, lama kemudian dia baru berseru:
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu Long
AvventuraSuara seruling, irama harpa, bayangan pedang, nyanyian lantang, pekikan nyaring, gelak tertawa keras dan pujian Buddha yang menggelegar, setiap bulan purnama pasti akan muncul satu kali di sebuah pulau misterius yang oleh orang-orang rimba persilata...