jilid 41

3.2K 50 1
                                    

"Kalau begitu Wi Thian-yang benar-benar patut dicurigai.........."

"Baik boanpwe maupun gwakong serta si tua Ban, semuanya berpendapat demikian.........."

"Haaaaaaaahhhh.......... haaaaaahhh......... haaaaaahh........" Tu Ji-khong tertawa tergelak pula, "saudara Ku, kedatangan kita ke daratan Tionggoan kali ini tentu bertambah semarak, malahan bisa jadi akan disuguhi tontonan yang menarik! Selain empat buah peristiwa berdarah, masalah enso Oh pun sudah cukup memusingkan kepala orang."

"Lote pemabuk, apakah kau tidak merasa terlalu awal untuk menduga mulai sekarang? Siapa tahu disaat kita tiba disitu, segala urusan telah terselesaikan, nah kalau sampai begitu, apa pula yang bakal merepotkan dirimu?"

"Tampaknya Ku lotoa sudah terlanjur malas, andaikata segala sesuatunya berlangsung seperti apa yang kau duga, sebelum kita sampai urusan telah beres, bukankah dunia persilatan sudah lama menjadi tenang kembali?"

"Yaa, betul, bukankah kau berharap dunia persilatan cepat tenang kembali sehingga kau punya waktu luang untuk minum arak setiap hari?"

"Lotoa, bila aku minum arak setiap hari, mungkin para iblis kembali akan merajalela."

Perkataan tersebut segera disambut oleh rekan-rekannya dengan gelak tertawa keras.

Dibawah kemudi si kakek nelayan dari lautan timur yang amat cekatan, tidak sampai beberapa jam kemudian perahu sudah merapat didermaga kota Giok-huan.

Kakek nelayan dari lautan timur segera mempersilahkan ketujuh orang tua itu naik keatas daratan.

Tiba-tiba Coat-cing kongcu Leng To menghela napas panjang, katanya:

"Delapan belas tahun lamanya aku tak pernah menyaksikan keramaian kota dan kesemarakan rumah makan, setelah menjumpainya kembali hari ini, rasanya segala sesuatunya serba asing......"

"Haaaahhhhh........ haaaaaaaaahhhh......... hhhhaaaaaaaahhhhhh........ perasaan dari saudara Leng ini sungguh diluar dugaan kamu semua!" katan Tu Ji-khong menanggapi.

Belum selesai perkataan itu diutarakan, mendadak dari kejauhan sana berkumandang suara pujian kepada sang Buddha, menyusul kemudian tampak tiga sosok bayangan manusia meluncur tiba dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.

Ketajaman mata Oh Ceng-thian memang jauh melebihi rekan-rekannya, mendadak ia tertawa tergelak seraya berseru keras:

"Kedatangan sam-sian sungguh mengejutkan hati kami semua.........."

Rupanya Hong-gwa-sam-sian telah muncul bersama-sama ditempat itu...........

Satu ingatan segera melintas dalam benak Oh Put Kui, pikirnya:

"Cepat amat mereka peroleh kabar..............."

Dalam pada itu, Pendeta liar dari Hoa-san Poan-cay siauceng, tosu bungkuk dari Soat-sia Thian-hian Cinjin serta Pendeta sakti dari Giok-hong It-ing taysu telah muncul dihadapan ketujuh orang tua tersebut.............

Sambil tertawa Poan-cay siansu segera berkata:

"Lolap Poan-cay mengucapkan selamat atas keberhasilan kalian bertujuh didalam meyakinkan ilmu silat serta balik kembali kedaratan Tionggoan!"

Thian-hian cinjin dan It-ing taysu segera memberi hormat pula seraya berkata:

"Keberhasilan sicu bertujuh dalam ilmu silat cukup membuat kami merasa kagum!"

Dari ketujuh orang yang hadir, kecuali Coat-cing kongcu Leng To serta sastrawan latah Liong Ciok-thian yang cuma berdiri kaku, lima orang lainnya segera membalas hormat sambil tertawa.

Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang