SEKARANG, di bawah iringan putrinya Hoa Pek lian dan menantunya Pek bin kimkong (raksasa berawajah seratus) Ku Cu Jeng telah berjalan keluar dari dalam perkampungan. Dengan cepat Oh Put kui menjumpai bahwa beberapa orang tianglo dari partai-partai besar tersebut bersikap menghormati sekali terhadap Hoa hujin ini, bahkan jauh lebih menghormati dari pada sikap mereka terhadap Hoa tay siu.
Selain dari pada itu, diapun menemukan meski usia Hoa hujin telah mencapai lima puluh tahunan, namun rambutnya telah beruban semua sehingga sepintas lalu dia nampak seperti seorang nenek yang telah berusia tujuh puluh tahunan. Tanpa terasa pikirnya didalam hati: "Sepasang suami istri benar-benar hebat sekali, yang satu lebih tua sedang yang lain tampak lebih muda, belum pernah kujumpai kejadian semacam ini sebelumnya....."
Pelan-pelan Yau ti sian li Lan tin go berjalan ke samping Ho tay siu, setelah memandang sekejap ke arah Thian mogiok li Siau un, pedang iblis berbaju merah dan iblis sakti pedang kemala, ujarnya kemudian: "Siangkong, persoalan apakah yang menyebabkan lonceng tanda bahaya dibunyikan?" Hoa Tay siu segera tersenyum.
"Kau baru sembuh dari penyakit yang diderita, mengapa harus turut keluar? Cukup aku seorang pun persoalan di sini sudah bisa dibereskan, aku menyuruh Hee lote membunyikan lonceng tanda bahaya karena ingin memberitahukan kepada para pemanah agar bersiap-siap menghadapi serbuan lawan...." mendengar keterangan tersebut, Lau Tin go baru merasa agak lega, katanya kemudian : "Siangkong, bukankah dia adalah Siau un titli dari keluarga Kit?
"Benar dan keponakan perempuan kita inilah yang telah membawa kesulitan untuk kita!"
Baru saja Yau ti siau li Lan Tin go berseru tertahan, Kit Siau un telah maju mendekat dan memberi hormat kepada Lan Tin go, kemudian ujarnya dengan lembut : "Bibi, kuucapkan selamat untuk kesehatan badanmu: "Apakah belakangan ini Sia cu berada dalam keadaan baik-baik ? Nona, mengapa tidak masuk ke dalam perkampungan untuk duduk-duduk dulu?"
Kita Siau un segera tertawa. "Sebenarnya titli ingin menyambangi bibit ke dalam perkampungan, tapi paman Hoa justru bersikeras hendak mengajak titli untuk bermusuhan, maka dari itu....coba lihatlah, akibatnya kita pun mesti bentrok dan harus bermusuhan malah..."
Lan tin go berkerut kening, kemudian kepada Hoa tau siu katanya: "Siangkong, sebenarnya apa..."
"Tin go," kata Hoa Tay siu dengan wajah membesi. "Kit Put sia hendak menyapu perkampungan tang mo san ceng kita dengan darah, coba kau lihat...."
Sambil menuding ke arah kawanan manusia berbaju hitam yang mengelilingi sekitar tempat itu, lanjutnya sambil tertawa dingin. "Orang-orang ini semua adalah kawanan jago dari lembah Sin mo kok yang sengaja di kirim kemari, jelek-jelek perkampungan Tang Mo san ceng terhitung jasa suatu perkampungan yang kenamaan dalam dunia persilatan apakah kita akan biarkan mereka menginjak-injak di atas kepala kita....Apakah kita tak akan melakukan perlawanan?" Lan Tin go tertawa hambar, sorot matanya segera dialihkan ke wajah Kit Siau Uu, kemudian ujarnya: "Nona, benarkah ayahmu hendak berbuat demikian?"
Kit Siau Un segera tersenyum, "Selama kata Tang mo tida dihapuskan, siang malam ayahku tak akan merasa tenang..." Senyuman yang semula menghiasi ujung bibir Lan Tin go segera lenyap tak berbekas, katanya kemudian:
"Nona, benarkah ayahmu begitu tak memandang sebelah matapun terhadap kami?"
"Aaaaah bibi, hal ini toh gara-gara dari kalian lebih dulu...."
"Hmmm., benar-benar selembar bibir yang tajam, "dengus Lan Tin go. "sudah hampir empat puluh tahunan lamanya aku mendirikan perkampungan Tang Mo San Ceng ini, mengapa sampai sekarang ayahmu baru teringat?
Kit Siau un tertawa terkekeh-kekeh. "Hal ini disebabkan karena sampai sekarang ayahku baru bermaksud untuk membangun kembali kejayaan dari Mo kau, oleh sebab itu dalam dunia persilatan tidak boleh sampai ada kata Tang mo Pembasmi iblis yang dipergunakan !"
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu Long
PertualanganSuara seruling, irama harpa, bayangan pedang, nyanyian lantang, pekikan nyaring, gelak tertawa keras dan pujian Buddha yang menggelegar, setiap bulan purnama pasti akan muncul satu kali di sebuah pulau misterius yang oleh orang-orang rimba persilata...