Jilid 34

2.9K 49 0
                                    

"Haaaaaahhhhhh....... hhhaaaaaaahhh....... hhhaaaaaaahhh......... benarkah begitu?" Oh Put Kui tertawa tergelak, "tapi, apakah kau memang pantas disebut seorang lelaki sejati?"

"Paling tidak aku toh bukan manusia kurcaci seperti apa yang saudara Oh katakan!"

Oh Put Kui tertawa hambar, kepada Ibun Hong segera ujarnya:

"Nona, bagaimana rencanamu selanjutnya? Apakah kau bersedia mempercayai perkataanku?"

Saat ini Ibun Hong percaya seratus persen bahwa Oh Put Kui memang berkemampuan untuk menjinakkan ular serta membunuhnya, ia termenung sejenak, lalu dengan air mata bercucuran katanya kemudian:

"Baiklah, hari ini aku tak akan menyinggung masalah balas dendam lagi.........."

Oh Put Kui segera tertawa tergelak:

"Hhhaaaaaahhh....... hhhaaaaaaahhh....... hhhaaaaaahhh........ nona memang amat berbesar jiwa, tapi aku perlu memberitahukan kepada nona, disaat ayahmu masih banyak melakukan kejahatan di dalam dunia persilatan dulu, tidak sedikit kawanan jago yang menemui ajalnya ditangan ayahmu itu."

"Soal ini tak perlu kau kuatirkan........" jawab Ibun Hong dingin.

Dia mengira Oh Put Kui menguatirkan keselamatan jiwanya setelah hari ini.

Padahal Oh Put Kui berniat untuk memberitahukan kepadanya, mengapa dia sampai turun tangan untuk membunuh si raja dari selaksa ular, dewa ular seribu bisa Ibun Lam.

Tapi pemuda itu tidak berniat memberi penjelasan lebih jauh, katanya lagi sambil tertawa:

"Kalau toh nona telah bersedia menarik mundur kawanan ularmu itu, bagaimana kalau kau tinggalkan saja tempat ini sejauh-jauhnya........?"

Dengan sedih Ibun Hong memandang sekejap kearah Oh Put Kui, lalu katanya:

"Oh Kongcu....... harap kau jangan bersua lagi denganku setelah lewat hari ini, kalau tidak aku akan membalaskan dendam bagi kematian ayahku....... kongcu, berjanjilah......."

Belum habis perkataan itu diutarakan, dia sudah menutupi mukanya sambil menangis tersedu.

Dengan perasaan agak iba Oh Put Kui segera menyahut:

"Baiklah, sejak kini aku akan berusaha untuk menghindari perjumpaan dengan nona........"

Ibun Hong segera menyeka air matanya lalu setelah mendepakkan kakinya keatas tanah, diapun berpekik panjang.

Begitu pekikan berkumandang, kawanan ular itupun mulai bergerak meninggalkan tempat itu.

Tak seekorpun kawanan ular itu yang berani bergerak mendekati Oh Put Kui, dari jarak sejauh lima kaki mereka telah menyingkir jauh-jauh dan berbondong-bondong mengundurkan diri dari dalam lembah.

Kata Ibun Hong kemudian sambil menghela napas panjang:

"Oh kongcu, baik-baiklah kau menjaga diri, jangan membuat aku kehilangan kesempatan untuk membalaskan dendam bagi kematian ayahku......."

Lalu dia membalikkan badan dan berkelebat pergi meninggalkan lembah tersebut.

Sik Keng-seng sama sekali tidak menyangka kalau Ibun Hong bakal pergi sungguhan dari situ, bahkan menyapa diapun tidak.

Rasa sedih yang dirasakan kali ini sungguh tak terlukiskan dengan kata-kata.

Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya, tampak pertarungan antara It-ing taysu dengan Hian-hui koksu masih berlangsung amat seru, sadarlah dia bahwa posisi yang dihadapinya hari ini tidak menguntungkan bagi pihakknya.

Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang