Jilid 6

4K 62 1
                                    

"OMINTOHUD, kebajikan siau-sicu sungguh mengagumkan seandainya lolap sekalian tidak terikat oleh sumpah dan tak bisa meninggalkan pulau ini, sudah pasti kami sekalian tak akan duduk sambil berpangku tangan belaka..."

Tergerak hati Oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu, ujarnya kemudian:

"Toa-suhu, sumpah apakah yang telah mengikat kalian sehingga tak dapat meninggalkan pulau ini ?"

Jian-gi siansu memandang sekejap kearah kakek pada urutan kedua itu, kemudian sahutnya:

"Persoalan ini timbul dari Mo kiam sicu, maka bila kau ingin tahu, silahkan bertanya sendiri kepada yang bersangkutan."

Oh Put Kui segera menjura kearah Lei-hun mo-kiam Oh Ceng-thian, kemudian ujarnya:

"Locianpwe, bolehkah boanpwe minta keterangan tentang sebab musabab sehingga terjadinya peristiwa ini ?"

Selintas rasa sedih segera menghiasi wajah Lei-hun-mo-kiam yang ramah, katanya:

"Kecuali kau dapat menemukan putra tunggal lohu yang lenyap tak berbekas itu, kalau tidak lohu bertujuh terpaksa akan berada terus di pulau Jit-hu-to ini sampai mati!"

Oh Put Kui sangat terperanjat.

"Aaah kalau begitu sumpah kalian menyatakan bahwa kalian bertujuh baru dapat meninggalkan pulau ini bila putra cianpwe datang kemari dan menyambut kalian bertujuh ?"

"Benar, begitulah!" Lei hun-mo-kiam Oh Ceng-thian manggut-manggut.

Agaknya Oh Put Kui masih belum-belum mengerti kembali dia bertanya:

"Aku tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki locianpwe bertujuh telah mencapai tingkat kesempurnaan, siapakah orang dalam dunia persilatan yang dapat memaksa kalian bertujuh untuk membuat sumpah tersebut...?"

Lei-hun-mo-kiam Oh Ceng-thian segera menghela napas panjang,

"Aaaai delapan belas tahun berselang. Ilmu silat yang kami miliki belum mencapai taraf seperti hari ini, apalagi orang yang memaksa kami untuk melakukan sumpah tersebut juga tidak bermaksud jahat."

"Tidak bermaksud jahat? Mengurung orang dalam pulau terpencil, apakah siksaan ini lebih berat daripada dibunuh?"

Mendadak pengemis pikun berteriak keras?

"Hei, kalian tujuh makhluk benar-benar anehnya bukan kepalang, sampai bikin orang tidak habis mengerti..."

Belum habis dia berkata, Ciat-cing kongcu Leng-to telah membentak dengan suara dingin:

"Pengemis Lok di sini tiada tempat bagimu untuk berbicara,.,."

"Ooooh, tidak berani," pengemis pikun segera menjulurkan lidahnya dan tertawa. "aku sipengemis cuma merasa tidak puas untuk ketidak adilan yang telah menimpa kalian, mengapa sih kau berlagak begitu galak."

Oh PutKui kuatir pengemis pikun banyak berbicara sehingga menimbulkan keonaran yang tak diinginkan buru-buru katanya sambil tertawa:

"Kakek Oh, bolehkah boanpwe turut mengetahui tentang jalannya peristiwa tersebut?"

Lei-hun-mo kiam Oh Ceng-thian manggut-manggut, sahutnya dengan suara lirih:

"Kalau dibicarakan dari sumbernya, maka peristiwa ini sesungguhnya terjadi karena lohu bertujuh sudah membunuh orang kelewat banyak..."

Mendengar sampai disitu, Oh Put Kui segera berpikir.

"Orang ini tersohor sebagai sipedang iblis, memang sepantasnya menjadi seorang gembong iblis yang membunuh orang tanpa berkedip, tapi anehnya, Mengapa dia berbicara dengan suara yang begitu ramah dan lemah lembut...?"

Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang