Jilid 38

2.8K 45 1
                                    

Kakek latah awet muda yang menyaksikan kejadian ini menjadi gelisah sekali.

"Hey anak muda, jangan mencoba kabur............."

Ia segera bangkit berdiri dan siap mengejar keluar.

Oh Put Kui berhenti didepan pintu lain sahutnya sambil tertawa:

"Boanpwe hanya ingin bersemedhi sebentar mumpung waktu masih pagi.................."

"Tidak bisa, kau tidak bisa meninggalkan aku seorang untuk menghadapi kedua orang bocah perempuan itu, dulu gara gara Hian-hian akupun sudah cukup dibikin pusing................."

"Mereka kan masih muda, apa yang mesti kau takuti?" ujar Oh Put Kui sambi tertawa.

Sambil membenarkan rambutnya yang beruban, kakek latah awet muda menggelengkan kepalanya berulang kali:

"Anak muda, kau terlalu sedikit yang diketahui................"

Setelah berhenti sejenak dan menghela napas, terusnya:

"Dulu, bukankah nona Hian-hian pun munculkan diri sebagai seorang angkatan muda?"

"Tapi waktu itu usiamu kan masih muda?"

Kembali kakek latah awet muda tertawa:

"Anak muda, bagaimanapun juga kau memang belum banyak berpengalaman, kau tahu, belakangan ini anak gadis lebih suka mencari kaum tua, terutama lelaki yang sudah banyak pengalaman tapi lemah lembut dan tahu mengasihinya, tidak seperti kalian kaum muda, sedikit-sedikit lantas ngambek dan diajak bercekcok.................."

Oh Put Kui merasa geli sekali dan ingin sekali tertawa tergelak, dia tak menyangka kalau begitu banyak persoalan yang diketahui oleh si kakek latah awet muda.

Tapi dia tak sampai tertawa, hanya ujarnya dengan tertawa hambar:

"Ban tua, belum pernah boanpwe bayangkan persoalan-persoalan semacam ini............."

"Itulah sebabnya kau harus banyak berpikir kesana dikemudian hari.........."

Mendadak pengemis pikun bangkit berdiri dan menyela sambil tertawa:

"Ban tua, sesungguhnya dia sudah memikirkan persoalan ini sedari dulu."

Lalu sambil memonyongkan bibirnya menunjuk kedalam kamar, dia berkata lebih jauh:

"Ban tua, seandainya dia tidak memikirkan persoalan ini, buat apa mesti melakukan perjalanan dengan membawa serta kedua orang perempuan itu? Bukankah hal ini terlalu merepotkan dan menjemukan?"

Oh Put Kui memandang sekejap kearah pengemis pikun itu, kemudian tertawa getir.

Sebaliknya kakek latah awet muda segera tertawa terbahak bahak:

"Tak kusangka pengemis cilik ini makin lama semakin bertambah pintar.........."

Pada saat itulah, mendadak Nyoo Siau-sian berjalan keluar dari dalam kamar, lalu bertanya dengan sedih:

"Toako, apakah kau sedang marah kepadaku?"

"Tidak!" Oh Put Kui menggeleng, "aku cuma ingin beristirahat dan mengatur pernapasan sebentar!"

Nyoo Siau-sian segera menyeka airmatanya, lalu berkata lagi dengan lirih:

"Toako, aku tak akan menangis lagi, mau bukan kau jangan marah lagi?"

Mendengar perkataan itu Oh Put Kui merasakan hatinya bergetar sekali.

Ia sadar, bila kedudukannya didalam hati kecil Nyoo Siau-sian jauh melebihi kedudukan ayahnya, maka banyak kesulitan yang bakal dihadapinya dikemudian hari.

Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang