Jilid 36

3K 48 1
                                    

Belum habis ucapan tersebut diutarakan, kedua orang gadis itu sudah lari meninggalkan tempat itu dengan wajah bersemu merah.

Sebab dari ucapan tersebut, segera diketahui bahwa Oh Put Kui telah mendengar pula pembicaraan mereka berdua.

Tak heran kalau mereka segera lari karena jengah.

Wan-sim-teng memang sebuah gedung yang amat besar, lebar dan megah.

Pada ruangan berlapiskan batu hijau yang tingginya mencapai tiga kaki dan luar mencapai sepuluh kaki itu sudah disiapkan tiga buah meja perjamuan.

Setiap meja perjamuan hanya diperuntukkan empat orang. Pada meja pertama ditempati Oh Put Kui, Kiau Hui-hui, Nyoo Siau-sian serta Lian Peng.

Pada meja kedua ditempati si nyonya petani dari Lamwan Ku Giok-hun, perempuan cerdik dari ruang barat Leng Seng-luan, sitabib sakti Ang Yok-su serta seorang gadis cantik berbaju merah.

Pada meja ketiga ditempati oleh si kakek pencari kayu dari bukit utara Siang Ki-pia, panji sakti pencabut nyawa Ku Bun-wi, hakim sakti hitam putih Pak Kun-jian serta seorang kakek toosu berbaju warna hitam.

Setelah menempati kursi masing-masing, bibi Lianpun memperkenalkan jago-jagonya satu persatu kepada Oh Put Kui.

Baru setelah diperkenalkan Oh Put Kui mendapat tahu setelah gadis cantik berbaju merah itu tak lain adalah Coat-jiu tongcu Si Cui-siong seorang gembong iblis yang angkat nama bersama-sama raja wilayah Biau Ibun Lam.

Sebaliknya toosu berbaju hitam itu merupakan seorang tukang ramal yang amat termashur namanya dalam dunia persilatan, ia lebih dikenal orang sebagai si tukang ramal setan tujuh bintang Li Hong-siang.

Kehadiran Coat-jiu tongcu Si Cui-siong tak sampai mengagetkan Oh Put Kui, namun kehadiran si tukang ramal setan Li Hong-siang dalam gedung Sian-hong-hu tersebut benar benar sangat mengejutkan Oh Put Kui.

Sekalipun Li Hong-siang terkenal sebagai situkang ramal setan, tapi orangnya justru jujur dan gerak-geriknya lurus.

Ia segera menaruh curiga kalau kehadiran kakek ini pun ada sangkut pautnya dengan Beng-ho siansu? Sehingga tanpa terasa ia perhatikan kakek itu beberapa kejap.

Akan tetapi Li Hong-siang sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun.

Setelah tertawa hambar, Oh Put Kui segera menjura kepada para jago dari gedung Sian-hong-hu itu sambil katanya:

"Sungguh merupakan suatu kebanggaan bagi aku she Oh dapat bertemu muka dan berkenalan dengan para cianpwe ditempat ini hari ini.........."

Balum sampai pemuda itu menyelesaikan katanya, Lian Peng segera menukas:

"Oh kongcu adalah ahli waris dari Thian Liong Senceng, sebutanmu itu tak berani kami terima..........."

Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata sambil tertawa terkekeh kekeh:

"Nama besar kongcu sudah terkenal diseantero dunia persilatan, merupakan suatu kebanggaan bagi kami hari ini dapat menjamu kongcu dalam gedung sian-hong-hu........."

Belum selesai perkataan tersebut diutarakan, mendadak dari depan pelataran gedung sian-hong-hu telah muncul seorang lelaki kekar yang memasuki ruangan dengan langkah tergesa-gesa.

Lelaki kekar ini merupakan salah satu diantara jago pedang pengawal gedung, tanpa suatu peristiwa yang gawat, mustahil lelaki itu akan munculkan diri dengan langkah yang begitu terburu-buru.

Tidak heran kalau Lian Peng jadi amat terperanjat setelah menyaksikan kemunculan orang ini.

Kontan saja perkataan yang belum selesai diutarakan itu segera terhenti sampai ditengah jalan.

Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang