Dengan demikian, terpaksa si pengemis pikun harus mengikuti dibelakang mereka berdua dengan napas terengah - engah.
Setelah berjalan keluar dari tanah perbukitan Ci-lian san, mendadak Oh Put Kui teringat dengan janjinya dengan Jian Ji-hu su (Kakek menyendiri seribu Ji) Leng Siau Thian.
Maka pikirannya kemudian :
"Dari sini menuju ke bukit Ho lan-San tidak terlampau jauh, lagipula memang searah, mengapa aku tidak sekalian berkunjung ke situ ?"
Berpikir demikian, dia pun lantas berkata :
"Ban Tua, boanpwa ingin berkunjung sebentar ke bukit Ho-lan-san .......!"
"Mau apa kau ke bukit Ho-lan-san ?" Tanya kakek latah awet muda agak tertegun.
"Menyambangi seorang tokoh dari dunia persilatan !"
"Tokoh dunia Persilatan?" Kakek latah berkerut kening sambil tertawa.
"Benar !"
Setelah termenung sejenak, kakek itu bertanya lagi :
"Sadari kapan sih bukit Ho-lan-san dihuni seorang tokoh persilatan ? Siapa orangnya ?"
"Leng Siau-thian !"
Kontan saja kakek latah tertawa terbahak - bahak.
"Uuuuhhh, si Leng Siau-thian juga terhitung tokoh persilatan ? Bocah muda, kau memandang orang itu kelewat tinggi."
"Benteng kuno yang didiami Leng Siau-thian, belakangan ini sudah dianggap oleh kawan kawan persilatan sebagai Benteng nomor saru dari dunia persilatan, jadi ia sendiri pun sudah termasuk dalam deretan orang-orang terhormat !"
"Waaduh, waaduh ... baru dua puluh tahun tak muncul, nampaknya dunia persilatan telah berubah sama sekali, si anjing. Si kucing pun berani menganggap diri sok jagoan."
"Sepuluh Tahun bida merubah arus sungai dari timur kebarat, apalagi manusia ?"
Kakek latah awat muda agak tertegun, tiba-tiba saj dia meghela napas panjang :
"Aaaai, inilah yang dinamakan ombak belakang sungai Tiang Kang mendorong ombak didepannya, orang baru menggantikan orang lama. Anak muda, kalau toh kau merasa perlu berkunjung kesana, baiklah, akan kutemani."
"Terima kasih..."
"Berhubung mereka harus berbicara sambil meneruskan perjalanan, maka gerak itu tubuh mereka menjadi lambat, dengan cepatnya si pengemis pikun berhasil menyusul mereka."
"Lote apa yang kau terima kasihmu ? memang kau berhasil memperoleh kebaikan ?" teriaknya langsung.
Oh Put Kui segera tertawa tergelak setelah m,endengar ucapan itu :
"Waah .... Nampakanya sifat rakus dab tamak Lok jian hari kian bertambah besar saja."
Tentu saja, aku si pengemis kan rutin dan hidup sengsara... hei empek jenggot putih, bila kau memberi kebaikan buat si bocah muda itu, jangn lupa bagian untuk aku si pengemiscilik!"
"Aaah, kau si pengemis cilik betul-betul tak becus," kakek latah kontan melotot, "sekalipun aku ingin memberi sesuatu kebaikan untukmu, paling tidak mesti kupertimbangkan dulu tiga samapi lima tahun lamany."
"Waaah, mana mungkin ?" pengemis pikun menjulurkan lidahnya, "kalau mesti menunggu samapai tiga lima tahun, jenggotku bisa pada memutih semua."
"KALAU mau menunggu, silahkan saja menunggu, kalau enggan menunggu, aku toh tidak memaksamu !" Kakek latah tertawa."
Pengemis pikun kembali menghela napas.
"Aaaai, baiklah akan ku tunggu..."
Kemudian sambil berpaling kearah Oh Put Kut, bisiknya lirih :
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu Long
PertualanganSuara seruling, irama harpa, bayangan pedang, nyanyian lantang, pekikan nyaring, gelak tertawa keras dan pujian Buddha yang menggelegar, setiap bulan purnama pasti akan muncul satu kali di sebuah pulau misterius yang oleh orang-orang rimba persilata...