Jilid 16

3.5K 56 2
                                    

Kalau dilihat dari usia pengemis pikun sekarang, sesungguhnya dia sudah terhitung cukup tua.

Tapi kalau didengar dari penuturan si kakek tadi, ketika pengemis pikun masih suka makan gula-gula, kakek tersebut sudah mempunyai jenggot berwarna putih.

Lantas berapakah usia si kakek itu ?

Kalau dihitung-hitung, bukanlah usianya paling tidak diatas seratus dua puluh tahun?

Oh Put Kui lantas berbisik disisi telinga Pengemis pikun:

"Lok Loko, siapa sih locianpwe ini?"

"Lote, kakek ini bernama Pok-huat-wan-tong, put-lo-huang-siu (Bocah binal berambut putih, kakek latah awet muda)!"

Mendengar nama itu, Oh Put Kui menjadi amat terperanjat, tanpa terasa dia berseru:

"Jadi dia adalah Ban Sik-thong, Bau lo cianupwe?"

"Haaahhhh.....haaahhhh....... haaahhhh.......kalau bukan dia, siapa lagi?" sahut pengemis pikun tertawa tergelak.

Sementara itu si Bocah binal berambut putih. Kakek latah awet muda Ban Sik-thong masih tertawa tergelak terus tiada hentinya.

Oh Put Kui membelalakkan matanya lebarlebar, setelah menyaksikan sikap lucu, aneh dan mulut si kakek aneh yang ternganga lebar itu, dia segera menjadi sadar kembali.

Sekarang dia baru tahu mengapa sewaktu berjumpa dengan si kakek tadi, terasa olehnya kalau raut wajahnya seperti amat dikenal.

Rupanya sikap maupun tingkah laku kakek itu mirip sekali dengan si Pengemis pikun. Sedangkan mimik wajahnya justru mirip sekali dengan Khi-lok-sian-tong (bocah dewa kegembiraan).

Tak heran kalau dia seperti amat mengenal dengan raut wajah orang ini.

Selain daripada itu, Oh Put-kui juga teringat akan pesan dari Oh Ceng-thian, kakek yang menghuni di Pulau Neraka yang kini telah diketahui sebagai ayah kandung sendiri itu.

Dia pernah berpesan, bilamana perlu dan ingin mengetahui lebih jelas tentang hal-hal yang penting, maka dia dipersilahkan mencari Bau-si-thong (Segala persoalan dipahami) Ban Sik-tong.

Tentu saja kakek ini sesungguhnya tidak usah dicari lagi, sebab putra Oh Ceng-thian yang sebenarnya tak lain adalah dia sendiri. Tapi, sungguh tak disangka meskipun dia tak mempunyai rencana untuk mencarinya, mereka telah berjumpa tanpa sengaja...

Mungkin inilah yang dinamakan jodoh atau.....

Teringat akan julukan si kakek sebagai Ban-si-thong (segala persoalan dipahami) dia lantas berpikir lebih jauh, andaikata kakek ini bersedia membantunya, siapa tahu dendam sakit hatinya bisa segera terbalaskan....

Sementara Oh Put-kui masih termenung, pengemis pikun menegur secara tiba-tiba dengan perasaan tercengang :

"Lote, mengapa kau?"

"Aaah siaute baru teringat akan suatu persoalan, maka aku jadi melamun dibuatnya."

"Apakah kau ingin memohon petunjuk dari Ban-si-thong locianpwe ini akan suatu persoalan?"

"Yaa, siaute memang mempunyai maksud untuk berbuat begitu....

Pengemis pikun segera tertawa terbahak-bahak.

"Haaahh.....haaahh...... haaahh..........saudaraku, bila kau benar-benar mempunyai niat tersebut, maka akan sia-sia tertegun setelah mendengar ucapan mana, serunya :

"Mengapa ? Locianpwe ini......"

Tidak menanti si anak muda itu menyelesaikan perkataannya, pengemis pikun telah menukas sampil tertawa :

Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang