Jilid 10

2.5K 48 0
                                    

Kalau dilihat dari sikap mereka, seakan-akan ada seseorang yang sedang dinantikan kedatangannya.

Dalam kenyataan mereka memang sedang menunggu orang disitu.

Seperminum teh kemudian, dari bawah loteng muncul seorang petani tua yang berusia lima puluh tahunan.

Setelah celingukan sebentar, akhirnya sambil tertawa dia berjalan menghampiri Oh Put Kui.

"Oh Kongcu, kau sudah datang lebih duluan?" sapanya.

Oh Put Kui tertawa.

"Merepotkan saudara Kou saja, silahkan duduk!"

Petani tua itu tertawa, dia segera menjura pada pengemis pikun seraya berkata:

"Tecu memberi hormat buat tianglo!"

"Tak usah banyak adat, silahkan duduk."

Setelah petani tua itu duduk, Oh Put Kui baru berbicara lagi sambil tertawa:

"Bagaimana? Tentunya perjalanan Kou loko kali ini tidak sia-sia belaka bukan?"

"Untung lohu tak sampai menyalahi perintah....."

Belum habis dia berkata, Pengemis pikun telah menimbrung lebih dulu sambil tertawa

"Kou Cun-jiu, keparat cilik! Kau berani menyebut saudara terhadap saudaranya tianglomu?"

Rupanya petani tua yang nampaknya sederhana itu tak lain adalah Tongcu propinsi Shia-kam dari perguruan Kay-pang yang disebut orang sebagai si petani tua dari Hoo-say, Kou Cun-jiu.

Sekilas pandangan Kou Cun-jiu nampaknya sudah berusia lima puluh tahunan, padahal kalau dibandingkan dengan si pengemis pikun, dia masih muda dua puluh tahun lebih, dalam kedudukan diperkumpulanpun kedudukannya jauh dibawah kedudukan si pengemis pikun.

Maka begitu ditegur si pengemis pikun, dia benar benar merasa terkejut sekali.

"Tecu tidak berani......" buru-buru serunya.

Kemudian dengan wajah memerah katanya lebih jauh:

"Kongcu, maafkan keteledoran aku si tua tadi, harap jangan menjadi gusar."

Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya sambil tertawa:

"Kou loko, kau tak usah mendengarkan perkataannya, kita toh berhubungan secara terpisah, terserah saja pada kehendakmu sendiri!"

"Siau-loji tidak berani," kata petani tua dari Hoo-say itu sambil tertawa, "Kongcu...."

"Hei bocah muda, tak usah berputar kayuh lagi, berbicara saja hal-hal yang penting," timbrung pengemis pikun lagi.

"Baik, tecu turut perintah."

"Nah saudara Kou, apakah Lamkiong Ceng berada dirumah?"

Petani tua dari Hoo say mengangguk.

"Ada, perkampungan Siu ning-cengnya ramai sekali beberapa hari belakangan ini."

"Oooh, apakah ada suatu peristiwa besar?"

"Yaaa benar, dia sedang menarik menantu!"

"Siapa? Lamkiong Ceng mencarikan bini buat putranya?"

"Bukan, Lamkiong Ceng mencari bini buat dirinya sendiri!"

"Ooooh..... rupanya Lamkiong Ceng belum kawin....." seru pengemis pikun sambil tertawa.

Satu ingatan segera melintas dalam benak Oh Put Kui, katanya sambil tertawa:

"Saudara Kou, siapakah pihak perempuannya?"

"Pihak perempuannya mempunyai nama besar yang jauh lebih termashur daripada Lamkiong Ceng sendiri."

Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang