"Ucapan saudara Ibun memang benar, kalau tidak saudara Oh Sian dan saudara Thian-liong tak akan membuang tenaga dan pikiran yang banyak untuk menciptakan bocah ini........."
Setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan:
"Saudara Ban, bagaimana dengan kau? Bocah ini telah memperlajari apa saja darimu?"
Kakek latah awet muda menggelengkan kepalanya sambil tertawa aneh, sahutnya:
"Mempelajari apa? Dia tak sudi mempelajari apapun, bahkan orang lain memohon pun tak berhasil, dia anggap seolah-olah tak berguna pelajaranku, aaai, aku dibuat mati kutu olehnya."
"Benarkah begitu?" Ibun Hau tertawa tergelak, "masa saudara Ban pun bisa dibuat mati kutu olehnya?"
"Haaaaahhhh........ haaaaaahhhhh........ hhaaaaaahhhhh........ Ibun lote, aku Ban Sik-tek bukan melalaikan atau lupa, justru bocah inilah tindak tanduknya maupun cara berbicaranya membawa tiga bagian hawa dewa........."
"Baru pertama kali ini kudengar saudara Ban mengucapkan perkataan semacam ini," seru Samwan To sambil tertawa.
Kakek latah awet muda tertawa aneh.
"Seandainya bocah muda itu tak pernah muncu, selama hidup pun aku tak akan mengucapkan perkataan semacam ini..."
Selama pembicaraan masih berlangsung, Oh Put Kui sendiri hanya tersenyum hambar tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Baru sekarang Ibun Hau menemukan kalau si pengemis sinting masih berlutut diatas tanah, katanya kemudian sambil tertawa:
"Liok Jin Ki, ayoh cepat bangun dan duduk!"
Pengemis sinting baru bangkit berdiri dan mengambil tempat duduk...
Sementara itu Samwan To juga telah mempersilahkan Oh Put Kui untuk mengambil tempat duduk.
Tapi tawaran tersebut segera ditampik oleh Oh Put Kui.
Dengan perasaan tidak habis mengerti Kakek latah awet muda segera bertanya sambil tertawa:
"Hey anak muda, mengapa sih kau ini? Kenapa sikapmu tak bisa gagah dan bebas?"
Dengan hambar Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali, kemudian menjawab lirih:
"Dalam hati kecil boanpwee masih terdapat satu masalah yang rasanya masih mengganjal di dalam hati!"
"Kau begitu duduklah lebih dulu sebelum dibicarakan."
Tapi Oh Put Kui kembali menggeleng:
"Persoalan ini sudah sepantasnya bila kuajukan sambil berdiri daja..."
Jawaban tersebut tentu saja membuat Kakek latah awet muda menjadi tertegun.
Bahkan Samwan To dan Ibun Hau pun ikut dibuat tertegun dan penuh perasaan tidak mengerti.
Hanya si pengemis sinting seorang yang memahami beberapa bagian atas peristiwa tersebut.
"Hey anak muda, penyakit apa sih yang telah menyerang dirimu kali ini?" tegur Kakek latah kemudian.
"Berhubung persoalan itu menyangkut soal ayahku oleh sebab itu sudah seharusnya bila dibicarakan sambil berdiri..."
"Banyak amat tingkah lakumu!" sambil tertawa getir Kakek latah awet muda menggelengkan kepalanya berulang kali, "ada kalanya aku lihat kau si anak muda kolot dan amat keras kepala..."
Namun berbeda sekali dengan pendapat dari Samwan To serta Ibun Hau dua orang kakek ini.
Sebagaimana diketahui, Samwan To selalu pernah menjadi teman baca dari kaisar Tiong-cong. lagipula pernah menjabat sebagai seorang pembesar dibidang militer, sedangkan Ibun Hau pun merupakan seorang pembesar kerajaan, oleh sebab itu mereka sangat menghormati tata cara. itulah sebabnya sikap yang ditampilkan Oh Put Kui saat ini seratus persen cocok dengan selera mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) - Gu Long
AdventureSuara seruling, irama harpa, bayangan pedang, nyanyian lantang, pekikan nyaring, gelak tertawa keras dan pujian Buddha yang menggelegar, setiap bulan purnama pasti akan muncul satu kali di sebuah pulau misterius yang oleh orang-orang rimba persilata...