1. Peristiwa di Kedai Arak

19.5K 201 6
                                    

Musim semi selalu menjadi saat paling tepat untuk bersantai di setiap tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim semi selalu menjadi saat paling tepat untuk bersantai di setiap tahun. Angin sepoi-sepoi yang berhembus dengan lembut meniup dedaunan pohon liu dan bunga-bunga liar, membuat udara terasa begitu segar bagi siapa saja yang menghirupnya.

Di tepi selatan jalan raya berbatu yang membentang dari gerbang barat Kota Fuzhou, Provinsi Fujian, berdiri sebuah gedung yang cukup megah. Di depan gedung itu tampak menjulang dua batang tiang bendera berukuran tujuh meter. Pada masing-masing tiang terpasang bendera berwarna hijau yang berkibaran tertiup angin. Bendera sebelah kiri bersulamkan gambar seekor singa jantan dengan benang warna kuning. Sewaktu bendera melambai-lambai, gambar singa itu bagaikan hidup, seolah hendak melompat dan siap menerkam setiap saat. Tepat di atas kepala singa tersulam gambar dua ekor kelelawar dengan benang warna hitam, masing-masing sedang mengepakkan sayapnya. Sementara itu pada bendera yang terpasang di tiang sebelah kanan tampak bersulamkan benang warna hitam pula yang membentuk tulisan berbunyi "Biro Ekspedisi Fuwei". Melihat betapa kuat dan indahnya sulaman pada kedua bendera tersebut, jelas semuanya dikerjakan oleh kaum ahli yang ternama.

Pintu utama gedung tersebut berwarna merah dengan dihiasi paku-paku tembaga seukuran cawan teh. Diterpa sinar matahari, paku-paku tembaga itu tampak bercahaya dan berkilat-kilat. Di atas pintu terpasang sebuah papan nama berwarna hitam, bertuliskan huruf-huruf kuning emas berukuran besar yang juga berbunyi "Biro Ekspedisi Fuwei". Di bawah huruf-huruf besar tersebut melintang beberapa huruf yang lebih kecil, berbunyi "Kantor Pusat".

Di balik pintu utama –di sebelah kanan dan kiri lorong– terdapat dua baris bangku panjang. Tampak duduk di sana delapan orang laki-laki gagah berseragam rapi sedang asyik bersenda gurau.

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara derap kaki beberapa ekor kuda. Kedelapan pria berseragam itu serentak bangkit dan berlari keluar. Dari pintu samping sebelah barat gedung muncul lima orang penunggang kuda yang kemudian berhenti tepat di depan pintu utama tadi. Kuda yang paling depan berwarna putih bersih, memakai pelana indah yang tepiannya dihiasi sepuhan perak. Penunggangnya seorang pemuda berpakaian mewah berusia kurang lebih sembilan belas tahun. Di atas bahu pemuda itu hinggap seekor elang pemburu. Sebilah pedang tergantung di pinggangnya, serta seperangkat busur dan anak panah tampak menghiasi punggungnya. Tangan kirinya juga memegang sehelai cambuk. Keempat penunggang yang lain berada di belakang, dan semuanya mengenakan seragam warna hitam.

"Tuan Muda hendak berburu lagi!" seru tiga di antara delapan laki-laki penjaga pintu hampir bersamaan.

Pemuda itu tersenyum sambil melecutkan cambuknya ke udara. Kuda putih tunggangannya langsung meringkik sambil mengangkat kedua kaki depan, kemudian melaju kencang bagaikan terbang.

"Pengawal Shi," sahut salah seorang penjaga pintu gerbang, "bagaimana kalau nanti kami dibawakan seekor babi hutan untuk makan malam?"

"Jangan khawatir, akan kami sisakan ekornya saja untuk kalian," jawab seorang penunggang kuda berusia empat puluhan yang dipanggil Pengawal Shi itu. "Yang penting berjagalah dengan baik dan jangan mabuk sebelum kami pulang."

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang