42. Seniman dari Timur Kota

2.5K 56 0
                                    

Melihat wajah Linghu Chong memancarkan kemarahan, Wang Jiajun kembali mendesak, "Nah, ucapanku tadi benar, bukan? Di mana kitab pusaka itu? Kami tidak bermaksud mengincarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat wajah Linghu Chong memancarkan kemarahan, Wang Jiajun kembali mendesak, "Nah, ucapanku tadi benar, bukan? Di mana kitab pusaka itu? Kami tidak bermaksud mengincarnya. Kami hanya ingin mengembalikannya kepada yang berhak, yaitu Sepupu Pingzhi. Selesai sudah."

"Tidak! Aku tidak pernah melihat kitab Pedang Penakluk Iblis," jawab Linghu Chong gusar. "Paman dan Bibi Lin berturut-turut ditawan dan disiksa oleh orang-orang Perguruan Qingcheng, kemudian oleh Mu Gaofeng si Bungkuk dari Utara. Jika Paman Lin menyimpan kitab tersebut, tentu sejak awal sudah diambil orang-orang itu."

"Benar juga," ujar Wang Jiajun. "Kitab Pedang Penakluk Iblis tak ternilai harganya, mana mungkin Paman Lin menyimpannya di saku dan membawanya ke mana-mana? Sudah tentu kitab tersebut disimpan di suatu tempat rahasia. Sebelum mereka wafat, mereka berniat memberitahukan tempat penyimpanannya kepada Sepupu Pingzhi melalui dirimu. Siapa tahu... siapa tahu, hehe...."

"Siapa tahu secara diam-diam kau malah pergi sendiri untuk mengangkangi kitab tersebut?" tukas Wang Jiaju melanjutkan ucapan kakaknya.

Linghu Chong semakin gusar mendengarnya. Sebenarnya ia tidak sudi untuk berdebat lebih lanjut. Namun karena masalah ini sungguh penting, ia pun berusaha menahan diri dan berkata, "Jika benar Paman Lin memiliki kitab pusaka sehebat itu, tentu Beliau menjadi orang yang berjaya di dunia persilatan. Tapi mengapa Beliau bisa dikalahkan dan ditangkap hanya oleh beberapa orang murid Perguruan Qingcheng?"

"Hal ini... hal ini...." sahut Wang Jiaju gelagapan tidak bisa menjawab.

Wang Jiajun yang lebih pintar bicara menyahut, "Itu semua hanya kebetulan. Saudara Linghu sendiri sudah memelajari ilmu Pedang Penakluk Iblis dan mampu mengalahkan lima belas penjahat tangguh, tetapi mengapa melawan kaum gelandangan saja tidak mampu, bahkan dihajar mereka sampai babak belur? Hahahaha, kau memang pandai berpura-pura. Tapi sandiwaramu agak keterlaluan, Saudara Linghu. Mana mungkin seorang murid pertama Perguruan Huashan bisa dihajar kaum gelandangan di kota Luoyang tanpa perlawanan? Tentu di balik itu semua ada penjelasan yang masuk akal. Nah, Saudara Linghu, kami rasa lebih baik kau mengaku saja."

Biasanya Linghu Chong tidak peduli dengan segala tuduhan dan menjawab seenaknya. Namun apa yang terjadi sudah menempatkan dirinya sebagai pihak tersangka. Sebenarnya ia tidak takut dicurigai oleh Keluarga Golok Emas Wang, tetapi yang ia takutkan adalah dicurigai oleh guru, ibu-guru, dan adik kecilnya. Menanggapi itu, ia pun berkata dengan tegas, "Aku bersumpah selama ini aku, Linghu Chong, belum pernah melihat yang namanya kitab Pedang Penakluk Iblis. Wasiat Paman Lin juga sudah kusampaikan kepada Adik Lin tanpa mengurangi satu kalimat pun. Jika aku ternyata berbohong dan menipu, aku pantas dihukum mati dan menerima kutukan." Wajahnya terlihat bersungguh-sungguh saat mengucapkan sumpah tersebut.

Wang Jiajun tersenyum dan berkata, "Urusan penting yang menyangkut dunia persilatan tidak cukup diselesaikan hanya dengan bersumpah saja. Apa kau kira dengan bersumpah maka persoalan ini bisa selesai begitu saja? Saudara Linghu terlalu kekanak-kanakan dan menganggap orang lain bodoh."

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang