109. Menagih Hutang Darah

2.7K 56 3
                                    

Terdengar Yu Canghai mengolok-olok, "Hm, kalau kau punya nyali untuk balas dendam, seharusnya kau datang sendiri ke Gunung Qingcheng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdengar Yu Canghai mengolok-olok, "Hm, kalau kau punya nyali untuk balas dendam, seharusnya kau datang sendiri ke Gunung Qingcheng. Namun, kalau kau menantangku ke sini dan secara licik menyiapkan serombongan kaum biksuni untuk ikut mengeroyok aku, huh, sungguh tak tahu malu. Benar-benar menggelikan."

Yihe tersinggung dan segera menyahut, "Persetan dengan dendam bocah bermarga Lin ini! Kalau kalian mau berkelahi hingga mampus juga Perguruan Henshan kami tidak akan ambil pusing. Huh, kau pendeta pendek sebaiknya jangan omong kosong melulu. Kalau memang takut silakan lari saja, tapi Perguruan Henshan kami jangan dibawa-bawa!" Ia tidak tahu kalau Linghu Chong pernah berhutang nyawa kepada Lin Pingzhi. Yang ia tahu hanya satu, Lin Pingzhi adalah suami Yue Lingshan, dan ia sangat membenci putri Yue Buqun itu.

Yu Canghai sendiri memiliki hubungan akrab dengan Zuo Lengchan. Secara pribadi Zuo Lengchan telah mengundang ketua Perguruan Qingcheng itu untuk hadir di Gunung Songshan sebagai pendukungnya. Sejak berangkat meninggalkan Gunung Qingcheng, Yu Canghai sudah yakin bahwa Zuo Lengchan pasti akan menduduki jabatan ketua Perguruan Lima Gunung. Oleh sebab itu, ia sama sekali tidak ambil pusing terhadap orang-orang Perguruan Huashan yang memusuhinya.

Tak disangka, jabatan ketua Perguruan Lima Gunung ternyata dapat direbut oleh Yue Buqun. Menyadari perubahan yang sangat mendadak ini, Yu Canghai bermaksud meninggalkan Gunung Songshan malam itu juga. Namun sewaktu hendak turun gunung, tiba-tiba Lin Pingzhi menghampirinya. Dengan suara lirih pemuda itu mengajaknya bertemu di pelataran Panggung Fengshan nanti malam. Meskipun suaranya lirih, tapi sikapnya sangat angkuh dan kasar sehingga Yu Canghai merasa gusar melihatnya. Saat itu Yu Canghai berpikir, "Perguruan Huashan baru saja merebut kedudukan, tapi kau sudah bersikap begini sombong. Huh, kau ini masih hijau dan aku tidak takut padamu. Tapi aku tetap harus berhati-hati kalau-kalau kau membawa bala bantuan dan main keroyok."

Maka, Yu Canghai sengaja datang terlambat ke Panggung Fengshan malam itu untuk memastikan apakah Lin Pingzhi membawa bala bantuan atau tidak. Di luar dugaan, Lin Pingzhi ternyata benar-benar berangkat sendiri ke tempat yang dijanjikan itu, sehingga dalam hati Yu Canghai merasa senang. Maka, ia hanya mengajak dua orang murid saja untuk menemaninya menuju Panggung Fengshan agar tidak dipandang rendah oleh pihak lawan. Murid-murid yang lain lantas menyebar ke sekeliling Puncak Songshan untuk memberikan bantuan jika dianggap perlu.

Ketika sampai di puncak, ternyata di samping Panggung Fengshan banyak orang yang berbaring di situ. Bukan hanya Lin Pingzhi saja yang terkejut, bahkan Yu Canghai juga merasa telah tertipu. Ia merasa seperti seorang ibu berumur tiga puluh tahun yang ditipu bayi kecil. Memang benar ilmu silat Perguruan Qingcheng belum tentu kalah hebat jika dibandingkan dengan ilmu silat Perguruan Henshan. Selain itu, Linghu Chong masih terluka parah akibat pertandingan siang tadi dan ketiga biksuni sepuh juga sudah lama meninggal, sehingga tidak ada jago hebat yang menjadi andalan perguruan ini. Akan tetapi, jumlah orang-orang Henshan di tepi panggung itu jauh lebih banyak, dan sewaktu-waktu mereka dapat membentuk beberapa Formasi Tujuh Pedang yang membuat Yu Canghai merasa agak gentar juga. Untung saja, meskipun secara kasar Yihe menyebutnya sebagai "pendeta pendek", namun dengan jelas ia menyatakan tidak akan membantu pihak mana pun, sehingga dengan sendirinya perasaan Yu Canghai menjadi lega.

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang