Linghu Chong melompat mundur dua langkah dan berseru, "Saudara Tian hanya mengandalkan kekuatan otot untuk mengalahkanku, sama sekali bukan mengandalkan jurus golok. Kekalahan ini tidak bisa kuterima. Biarkan aku masuk lagi ke dalam gua untuk mencari cara lain agar bisa mengalahkanmu."
"Hahahaha, biarpun kau main siasat mengulur waktu juga percuma saja," ejek Tian Boguang sambil tertawa. "Kedua gurumu saat ini paling tidak berada ratusan Li dari sini untuk mengejarku. Paling cepat mereka mungkin kembali kemari dalam waktu sepuluh atau lima belas hari lagi. Jadi, jangan kau sia-siakan tenagamu."
"Huh, siapa bilang demikian?" sahut Linghu Chong. "Pahlawan macam apa aku ini kalau hanya bisa mengandalkan guru untuk mengalahkanmu? Sebenarnya kekalahanku ini karena baru saja sembuh dari sakit. Tenagaku belum pulih benar. Itulah sebabnya aku pasti kalah kalau adu tenaga. Kau pikir jika aku sedang sehat apa kau kira bisa menang dariku?"
"Huh, tidak perlu bersilat lidah!" sahut Tian Boguang. "Aku tidak peduli menang pakai tenaga atau pakai jurus. Kalau kalah ya kalah, menang ya menang. Kau hanya mencari-cari alasan."
"Baik, coba kau tunggu lagi di sini! Jika memang laki-laki sejati jangan coba-coba untuk pergi. Aku tidak sudi mengejarmu," ujar Linghu Chong.
Tian Boguang tertawa terbahak-bahak, kemudian mundur dua langkah dan duduk di atas batu.
Linghu Chong kembali masuk ke dalam gua belakang sambil merenung, "Tian Boguang pernah bertarung dan mengalahkan Pendeta Tiansong dari Perguruan Taishan. Dia juga pernah bertarung melawan Adik Yilin dari Perguruan Henshan. Kini harapanku hanya tinggal menggunakan ilmu pedang Perguruan Songshan saja. Mungkin ia belum pernah menghadapinya."
Sesampainya di gua belakang, ia langsung mencari dan mengamati ukiran gambar di dinding batu yang memuat jurus-jurus pedang Perguruan Songshan. Dengan cepat ia mempelajari belasan jurus dari perguruan tersebut, kemudian memadukannya dengan jurus-jurus pedang Perguruan Hengshan yang tadi belum sempat ia mainkan. "Hm, kalau jurus-jurus ini aku gabungkan lagi dengan jurus pedang Huashan, pasti dia kewalahan."
Maka, sebelum Tian Boguang berteriak-teriak memanggil, Linghu Chong sudah berlari keluar dan menyerang penjahat itu. Mula-mula ia menggunakan ilmu pedang Songshan. Satu menit berikutnya ia menggunakan ilmu pedang Hengshan, dan satu menit selanjutnya ia menggunakan ilmu pedang Huashan.
"Kacau! Ini sungguh kacau!" seru Tian Boguang yang terdesak kewalahan. Namun pada jurus kedua puluh dua ia berhasil membalik keadaan. Dengan serangan cepat tiga kali berturut-turut ia berhasil menodongkan goloknya di leher Linghu Chong dan membuat pemuda itu mengaku kalah.
Namun Linghu Chong masih berusaha bersikap tenang. Ia berkata sambil tertawa, "Hahahaha. Pertarungan pertama tadi aku hanya sanggup bertahan sepuluh jurus. Pertarungan kedua aku bertahan delapan belas jurus. Sementara pertarungan ketiga barusan aku bisa bertahan dua puluh satu jurus. Apa kau tidak takut, Saudara Tian?"
"Huh, apa yang harus aku takuti?" sahut Tian Boguang.
"Kalau aku merenung lagi di dalam gua, aku tentu bisa mengalahkanmu dalam tiga puluh jurus. Meskipun aku tidak membunuhmu, namun sudah pasti ini membuatmu takut," jawab Linghu Chong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin Yong
General FictionPendekar Hina Kelana mengisahkan pertarungan antara perguruan yang katanya aliran lurus yang diwakili oleh Wu Yue Jian Pai (Persatuan Lima Gunung Perguruan Pedang) yang terdiri dari Song Shan, Tay Shan, Hen Shan, Hua Shan dan Heng Shan dengan aliran...