Sementara itu Linghu Chong yang terluka parah akibat pukulan Cheng Buyou tadi sampai kehilangan kesadarannya ketika dilarikan Enam Dewa Lembah Persik. Ketika siuman dan membuka mata, ia mendapati dua orang bermuka panjang sedang menunggui dirinya dengan wajah harap-harap cemas. Kedua pasang mata itu terlihat memandang kepadanya tanpa berkedip.
"Aha, dia sudah sadar! Dia sudah sadar! Bocah ini tidak akan mati," seru salah seorang dari mereka yang tidak lain adalah Dewa Bunga Persik.
"Tentu saja dia tidak akan mati. Mana mungkin dia mati hanya karena pukulan tadi?" sahut yang lainnya, yaitu Dewa Buah Persik.
"Huh, enak saja kau bicara," tukas Dewa Bunga Persik. "Kalau pukulan tadi mengenai tubuhmu tentu kau tidak akan terluka. Tapi bocah ini jangan disamakan dengan dirimu. Bisa jadi dia kehilangan nyawa karena pukulan itu."
"Sudah jelas dia tidak mati, mengapa kau katakan dia akan kehilangan nyawa?" desak Dewa Buah Persik tidak mau kalah.
"Aku tidak bilang dia pasti mati, tapi aku bilang bisa jadi dia akan mati," kata Dewa Bunga Persik.
"Kalau dia sudah siuman kembali tentu tidak ada alasan lagi mengatakan bisa jadi dia akan mati," sahut Dewa Buah Persik.
"Kalau aku tetap berpendapat demikian, kau mau apa?" kata Dewa Bunga Persik tidak kalah keras.
"Itu membuktikan kalau pandanganmu kurang tajam. Bahkan, bisa kukatakan pada hakikatnya kau tidak mengetahui apa-apa," ujar Dewa Buah Persik.
"Jika kau tahu dia tidak akan mati, mengapa tadi kau menghela napas dan merasa begitu khawatir?" tanya Dewa Bunga Persik.
"Aku menghela napas bukan karena mengkhawatirkan kematiannya, tapi aku takut biksuni cilik merasa cemas bila melihat keadaannya," kata Dewa Buah Persik. "Alasan kedua, kita telah bertaruh dengan biksuni cilik bahwa kita pasti bisa membawa bocah ini turun gunung hidup-hidup untuk menemuinya. Tapi kini Linghu Chong dalam keadaan setengah mati. Aku takut biksuni cilik tidak mau mengakui keberhasilan kita."
Linghu Chong dapat mendengar dengan baik apa yang menjadi perdebatan kedua bersaudara itu. Kata-kata mereka sangat lucu namun menunjukkan bahwa mereka sangat menaruh perhatian terhadap keselamatan dirinya. Dalam hal ini Linghu Chong merasa geli sekaligus terharu. Saat mereka menyebut soal "biksuni cilik", Linghu Chong yakin bahwa yang dimaksud adalah Yilin dari Perguruan Henshan. Dengan tersenyum ia berkata lirih, "Kalian berdua jangan khawatir. Aku, Linghu Chong, tidak akan mati semudah ini."
"Nah, kau dengar itu?" sahut Dewa Buah Persik kepada saudaranya dengan perasaan gembira. "Dia sendiri yang menyatakan kalau dia tidak akan mati."
"Waktu aku berpendapat tadi, dia belum bisa bersuara," sahut Dewa Bunga Persik tidak mau kalah.
"Sejak tadi dia sudah membuka matanya. Dengan sendirinya ia juga bisa bersuara. Akan hal ini siapa pun bisa menduganya," kata Dewa Buah Persik.
Linghu Chong semakin merasa jemu mendengar pertengkaran kedua orang yang tidak bermanfaat itu. Jika diterus-teruskan mereka bisa bertengkar seharian. Ia pun berkata sambil tersenyum, "Sebenarnya aku akan mati. Tapi ketika mendengar kalian berharap aku jangan mati, maka aku pun tidak mati. Enam Dewa Lembah Persik mempunyai nama besar di.. uhuk-uhuk... dunia persilatan. Bila kalian meminta aku jangan mati, maka aku pun tidak berani mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin Yong
Aktuelle LiteraturPendekar Hina Kelana mengisahkan pertarungan antara perguruan yang katanya aliran lurus yang diwakili oleh Wu Yue Jian Pai (Persatuan Lima Gunung Perguruan Pedang) yang terdiri dari Song Shan, Tay Shan, Hen Shan, Hua Shan dan Heng Shan dengan aliran...