Pada saat itulah tiba-tiba pandangan semua orang terasa kabur. Sepertinya mereka melihat Lin Pingzhi melesat dan menghadang di depan kuda Mu Gaofeng, namun kemudian mereka juga melihat pemuda itu sedang duduk santai di bangkunya sambil berkipas-kipas seperti tidak pernah pergi ke mana-mana. Selagi semua orang merasa bingung, mendadak terdengar Mu Gaofeng menggertak kudanya agar segera berlari.
Namun, para pesilat papan atas seperti Linghu Chong, Ren Yingying, dan Yu Canghai dengan jelas dapat melihat Lin Pingzhi telah menjulurkan tangannya mencolok dua kali ke arah kuda Mu Gaofeng. Tentu ia telah melakukan sesuatu terhadap hewan kendaraan si bungkuk itu.
Benar juga, baru saja Mu Gaofeng melarikan kudanya beberapa langkah, tiba-tiba hewan tunggangannya itu menubruk tiang gubuk. Karena tumbukan tersebut cukup keras dan sangat mendadak, setengah gubuk pun menjadi ambruk. Dengan cepat Yu Canghai melompat keluar, sementara kepala Linghu Chong, Lin Pingzhi, dan beberapa orang lainnya teruruk oleh alang-alang kering yang digunakan sebagai atap gubuk itu. Lekas-lekas Zheng E membersihkan kepala Linghu Chong, sementara Lin Pingzhi tidak peduli dan tetap memandang tajam ke arah Mu Gaofeng tanpa berkata sedikit pun.
Sejenak kemudian Mu Gaofeng tampak bimbang, lalu ia melompat turun dari kudanya dan melepaskan tali kendali. Kudanya itu lantas berlari sendiri ke depan, tapi segera menubruk sebatang pohon, kemudian meringkik panjang dan roboh di tanah dengan kepala berlumuran darah. Begitu aneh kelakuan hewan malang tersebut, ternyata kedua matanya sudah buta karena dicolok Lin Pingzhi dengan kecepatan luar biasa tadi.
Perlahan-lahan Lin Pingzhi melipat kipasnya dan membersihkan ilalang kering yang berserakan di bahunya, lalu berkata, "Orang buta menunggang kuda picak, sungguh berbahaya."
Mu Gaofeng bergelak tawa dan berkata, "Sombong benar kau bocah! Ternyata kepandaianmu boleh juga. Yu Pendek bilang kau mahir Jurus Pedang Penakluk Iblis, coba kau tunjukkan padaku." Meskipun kudanya dibuat buta, tetapi ia tidak gusar, sebaliknya justru tertawa terbahak-bahak. Sungguh harus diakui kehebatan orang bungkuk ini dalam mengendalikan amarah.
"Ya, aku memang hendak memperlihatkannya kepadamu," sahut Lin Pingzhi. "Dahulu demi untuk mendapatkan ilmu pedang keluarga kami, ayah-ibuku telah menjadi korban keganasanmu. Dosa kejahatanmu tidak lebih rendah daripada Yu Canghai itu."
Mu Gaofeng termangu-mangu. Sungguh tak terduga olehnya bahwa pemuda berpenampilan mewah ini ternyata putra Lin Zhennan. Diam-diam ia pun menimbang, "Bocah ini berani terang-terangan menantang diriku, tentu ada sesuatu yang ia andalkan. Serikat Pedang Lima Gunung sekarang telah digabung menjadi satu. Kawanan biksuni dari Perguruan Henshan ini sudah pasti menjadi bala bantuannya. Hm, Nona Yue adalah istri bocah ini. Selama perempuan itu ada di tanganku, dia bisa apa?"
Segera tangannya berbalik untuk mencengkeram ke arah Yue Lingshan. Tak disangka, cengkeramannya itu hanya mengenai udara kosong, bahkan kemudian ia merasa ada angin menderu menyambar dari belakang. Sepertinya ada pedang seseorang telah menebas ke arahnya. Dengan cekatan, Mu Gaofeng segera mengelak ke samping. Ternyata si penyerang itu tidak lain adalah Yue Lingshan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin Yong
General FictionPendekar Hina Kelana mengisahkan pertarungan antara perguruan yang katanya aliran lurus yang diwakili oleh Wu Yue Jian Pai (Persatuan Lima Gunung Perguruan Pedang) yang terdiri dari Song Shan, Tay Shan, Hen Shan, Hua Shan dan Heng Shan dengan aliran...