128. Menyusun Siasat

3.2K 59 0
                                    

Mahabiksu Fangzheng melanjutkan, "Ketua Linghu, sebagai pengikut Sang Buddha kami wajib memiliki watak welas asih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mahabiksu Fangzheng melanjutkan, "Ketua Linghu, sebagai pengikut Sang Buddha kami wajib memiliki watak welas asih. Sesungguhnya kami juga bukan orang yang suka main kekerasan, dan kami pun berharap urusan ini dapat diselesaikan dengan damai. Namun, kalau kita mengalah selangkah, maka Ketua Ren akan maju satu langkah, sehingga persoalan ini tidak akan menemukan titik terang. Ketua Ren sudah berniat membasmi kita secara habis-habisan, dan itu pasti akan dilakukannya, kecuali kalau kita mau menyembah kepadanya dengan menyanjung puji, 'Hidup Ketua Suci, semoga panjang umur, merajai dunia persilatan, Amitabha!'"

Linghu Chong merasa geli mendengar ucapan Fangzheng yang bercampur aduk antara semboyan kaum Sekte Iblis dengan pujian Agama Buddha itu. Ia lantas menjawab dengan tertawa, "Benar sekali. Hanya mendengar sebutan 'Ketua Suci merajai dunia persilatan' saja sudah membuat sekujur tubuh ini merinding. Saya kuat minum arak tiga puluh mangkuk tanpa berhenti. Tapi, begitu mendengar sanjung puji tersebut seketika saya menjadi mabuk kepayang dan mata berkunang-kunang."

"Sanjung puji anggota Sekte Iblis memang berlebihan dan sangat muluk-muluk," ujar Fangzheng. Setelah terdiam sejenak ia lantas melanjutkan, "Diam-diam Sesepuh Feng telah melihat bagaimana Ketua Linghu menahan sakit luar biasa di bagian perut saat di Puncak Menyongsong Matahari kala itu. Beliau lantas menyuruh Enam Dewa Lembah Persik menyampaikan semacam rumus ilmu tenaga dalam mahatinggi kepada saya, untuk kemudian disampaikan kepada Ketua Linghu. Sungguh aneh, Enam Dewa Lembah Persik yang biasanya bertele-tele, ternyata bisa menyampaikan rumus tenaga dalam tersebut dengan sangat baik. Saya tidak bisa membayangkan entah bagaimana caranya Sesepuh Feng memaksa mereka menghafalkan itu semua. Maka itu, mohon Ketua Linghu masuk ke dalam agar saya dapat menyampaikan rumus ilmu tenaga dalam tersebut."

Dengan penuh rasa hormat Linghu Chong lantas membawa Mahabiksu Fangzheng ke dalam sebuah kamar yang sunyi. Kini hanya mereka berdua yang berada dalam ruangan tersebut. Linghu Chong sendiri merasa seperti sedang berhadapan dengan Feng Qingyang secara langsung. Maka, dengan berlutut ia pun menyembah sambil berkata, "Budi baik Kakek Guru Feng kepada saya sungguh tak terukur besarnya."

Fangzheng tidak menolak penghormatan itu. Ia menjawab, "Sesepuh Feng menaruh harapan besar terhadap Ketua Linghu. Maka, hendaknya kau dapat melatih ilmu tenaga dalam ini dengan baik sesuai rumus yang saya sampaikan ini."

"Baik," jawab Linghu Chong. "Saya berjanji akan mempelajari ilmu ini dengan sungguh-sungguh."

Fangzheng pun mulai menguraikan kalimat-kalimat rumus ilmu tenaga dalam tersebut kepada Linghu Chong. Ternyata rumusan ini tidak terlalu panjang, yaitu tidak sampai melewati seribu kata. Setelah selesai menguraikannya, Fangzheng meminta Linghu Chong menghafalkannya. Ia pun mengulangi uraiannya itu sampai lima kali, sehingga Linghu Chong benar-benar hafal di luar kepala.

Mahabiksu Fangzheng lantas berkata, "Ketua Linghu telah menghafal semuanya dengan baik. Meskipun rumus ini tidak panjang, namun memiliki makna yang teramat luas dan mendalam, lain daripada yang lain. Kita adalah sahabat, maka itu jangan tersinggung jika saya berkata bahwa ilmu pedang Ketua Linghu memang sangat tinggi, tapi dalam hal ilmu tenaga dalam sepertinya kurang sempurna."

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang