70. Tawaran Masuk Sekte

2.2K 52 0
                                    

Ketika semua orang merasa bimbang dan ragu-ragu, mendadak Heibaizi berseru, "Mohon belas kasihan Ketua, biarlah hamba memakan satu butir dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika semua orang merasa bimbang dan ragu-ragu, mendadak Heibaizi berseru, "Mohon belas kasihan Ketua, biarlah hamba memakan satu butir dulu." Usai berbicara ia pun merangkak mendekati meja, lalu menjulurkan tangan hendak mengambil obat itu.

Namun Ren Woxing lebih dulu mengibaskan lengan bajunya. Tubuh Heibaizi pun terlempar ke belakang dan akhirnya jatuh terjungkal, dengan kepala membentur dinding keras-keras.

"Tenaga dalammu sudah musnah, kau sudah menjadi manusia cacat. Kau hanya menyia-nyiakan obatku yang berharga?" ejek Ren Woxing. Lalu ia berpaling dan berkata, "Qin Weibang, Wang Cheng, Sang Sanniang, kalian tidak sudi minum obatku yang mujarab ini, benar tidak?"

Sang Sanniang, wanita setengah baya itu lantas membungkukkan badan dan berkata, "Hamba bersumpah akan selalu setia kepada Ketua Ren. Untuk selamanya hamba tidak akan berkhianat."

Wang Cheng, si tetua pendek gemuk berkata pula, "Hamba juga akan tunduk dan setia kepada Ketua Ren untuk selama-lamanya."

Kedua orang itu lantas mendekati meja. Masing-masing memungut sebutir pil lantas memasukkannya ke dalam mulut. Sejak dulu mereka memang sangat takut kepada Ren Woxing. Apalagi begitu mengetahui orang ini telah lolos dari penjara, rasa takut mereka semakin menjadi-jadi. Meskipun Dongfang Bubai juga memiliki pil yang serupa dan memaksa mereka menelannya supaya bersumpah setia, namun saat ini mereka merasa sedang berada di ujung tanduk. Demi mencari selamat, mereka terpaksa tunduk kepada Ren Woxing. Akibat yang akan datang di kemudian hari akan mereka pikirkan kelak saja.

Berbeda dengan Qin Weibang, tetua bertubuh tinggi besar ini semula adalah pemimpin tingkat menengah. Sewaktu Ren Woxing memegang kekuasaan, dia adalah pemimpin cabang Sekte Iblis yang mengurus wilayah Jiangsi, sehingga belum sempat menyaksikan secara langsung kehebatan Sang Ketua. Setelah melihat ketiga kawannya menelan obat maut tersebut, ia pun berseru, "Maaf, aku pulang saja!" Bersama itu ia lantas menjejakkan kedua kaki dan melompat keluar melalui lubang pada dinding tadi.

Ren Woxing bergelak tawa tanpa berusaha bangkit untuk merintanginya. Setelah tubuh Qin Weibang melewati lubang, tiba-tiba Xiang Wentian mengayunkan tangan kirinya perlahan. Dari lengan bajunya muncul seutas cambuk warna hitam yang panjang dan lembut. Gerakannya sungguh cepat dan membuat pandangan orang-orang di situ menjadi kabur.

"Aaahh!" terdengar suara Qin Weibang menjerit. Rupanya cambuk panjang itu telah membelit kaki kirinya. Xiang Wentian pun menarik cambuknya, sehingga tubuh Qin Weibang ikut tertarik masuk kembali ke dalam ruangan.

Cambuk hitam tersebut beukuran kecil, tidak sampai sebesar jari kelingking. Namun begitu terbelit olehnya, Qin Weibang ternyata tidak mampu melepaskan diri, hanya meronta-ronta dan bergulingan di lantai tanpa henti.

Ren Woxing berkata, "Sang Sanniang, ambillah sebutir pil ajaib itu, kupas dulu kulit luarnya dengan hati-hati!"

"Baik!" jawab Sang Sanniang dengan penuh hormat. Ia lalu mengambil sebutir pil di atas meja dan perlahan-lahan mengupas kulit luarnya yang berwarna merah itu menggunakan kuku sehingga terlihat biji bagian dalam yang berwarna abu-abu.

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang