25. Gambar Rahasia dalam Gua

2.2K 62 0
                                    

Laki-laki bercadar itu tidak menjawab, melainkan mengayunkan tangan kanannya ke depan untuk menyerang Linghu Chong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki bercadar itu tidak menjawab, melainkan mengayunkan tangan kanannya ke depan untuk menyerang Linghu Chong. Sungguh terkejut perasaan Linghu Chong begitu menyadari gerakan tangan pria bercadar itu merupakan gerakan jurus Pedang Gadis Kumala. Pemuda itu pun bertanya, "Apakah Anda sesepuh perguruan kami?"

Belum selesai bicara, tahu-tahu Linghu Chong merasakan adanya angin berhembus ke arahnya disertai rasa sakit di bagian pundak. Rupanya tangan si pria bercadar telah mengenai bahunya. Pemuda itu merasakan serangan tangan si pria bercadar sungguh dahsyat padahal sepertinya tidak disertai tenaga dalam sama sekali.

Dengan menahan rasa nyeri sekaligus takut, Linghu Chong melompat ke kiri untuk menghindari serangan si pria bercadar. Namun pria itu ternyata tidak mengejarnya. Di bawah sinar rembulan Linghu Chong dapat melihat pria itu memperagakan belasan jurus Pedang Gadis Kumala. Gerakannya cepat sekali. Jurus demi jurus ia peragakan tanpa jeda tanpa henti menjadi satu gerakan berkesinambungan.

Linghu Chong terperanjat dengan mulut menganga karena kagum. Semua gerakan yang dimainkan pria bercadar itu jelas-jelas adalah jurus Pedang Gadis Kumala yang tadi siang dimainkan Yue Lingshan. Namun yang mengherankan adalah pria itu mampu memainkannya dengan sangat cepat menjadi satu rangkaian utuh yang indah tapi mematikan.

Usai memainkan jurus-jurus tersebut, si pria bercadar lantas melangkah pergi sambil mengibaskan lengan bajunya dan kemudian menghilang di balik bukit.

Linghu Chong baru sadar dari keterkejutannya dan buru-buru ia berteriak, "Tuan Sesepuh! Tuan Sesepuh!" Didorong rasa penasaran ia pun mengejar pria bercadar itu. Namun di balik bukit ia tidak menemukan siapa-siapa, hanya cahaya rembulan menyinari bebatuan.

"Siapa dia sebenarnya?" tanya Linghu Chong dalam hati. "Dia begitu mahir memainkan Sembilan Belas Jurus Pedang Gadis Kumala. Aku sama sekali tidak punya kesempatan untuk menghadapi serangannya. Andai saja ia menggunakan pedang asli, mungkin lenganku sudah putus dibuntungi olehnya. Tidak, rasanya tidak hanya lenganku saja. Kalau ia mau, ia bisa memotong-motong tubuhku dari berbagai arah hanya dengan enam jurus saja." Merenung sejenak, Linghu Chong kemudian berpikir kembali, "Namun anehnya, gerakan pedangnya sungguh kuat meskipun tidak disertai tenaga dalam. Dengan cara seperti itu justru membuatku tidak bisa melindungi diri dari setiap serangannya. Oh, siapa sebenarnya orang itu? Mengapa ia berada di puncak Gunung Huashan ini?"

Berbagai macam pertanyaan muncul di benak Linghu Chong, namun tidak satu pun yang bisa ia temukan jawabannya. Akhirnya ia pun memutuskan, "Ah, nanti saja aku tanyakan kalau bertemu Guru atau Ibu Guru. Pasti Beliau berdua mengenal orang itu. Kalau saja besok Adik Kecil datang kemari untuk mengantar makanan, aku akan menitipkan pertanyaan ini kepada Beliau Berdua."

Hari berikutnya, Linghu Chong tidak melihat Yue Lingshan datang. Seperti hari-hari sebelumnya, yang datang mengantar makanan adalah Lu Dayou. Hari-hari selanjutnya pun demikian. Pikiran Linghu Chong kusut membayangkan betapa sedih dan marah perasaan Yue Lingshan karena kehilangan pedang kesayangannya. Ia sudah menyusun berbagai macam kalimat untuk meminta maaf namun sang adik kecil tidak juga kunjung datang menemuinya.

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang