78. Satu Kebenaran Terungkap

2.7K 60 0
                                    

Melihat itu, Yihe segera memberi aba-aba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat itu, Yihe segera memberi aba-aba. Serentak empat belas kawannya maju menjadi satu formasi barisan. Pedang mereka bergerak menari-nari menangkis serangan Zhong Zhen bertiga. Ilmu silat masing-masing murid Perguruan Henshan itu sebenarnya tidak terlalu tinggi. Namun begitu membentuk formasi empat belas pedang, dalam menyerang maupun bertahan, kekuatan mereka cukup untuk menghadapi empat atau lima orang jago silat papan atas.

Semula Yue Buqun bermaksud melerai pertempuran itu. Namun bermacam-macam masalah tersebut sama sekali di luar dugaannya. Ia tidak tahu-menahu mengapa antara kedua pihak yang pada awalnya satu rumpun itu kini tiba-tiba berselisih. Apalagi di hatinya sekarang timbul perasaan kurang senang terhadap perbuatan orang-orang Perguruan Songshan dan Henshan itu. Ia pikir sebaiknya menunggu perkembangan selanjutnya terlebih dulu baru kemudian bertindak.

Formasi pedang keempat belas murid Perguruan Henshan itu bertahan sangat rapat. Meski Zhong Zhen dan kedua adiknya mencoba bermacam-macam gaya serangan namun tetap saja tidak dapat maju lebih dekat. Bahkan sedikit lengah saja paha Gao Kexin tertusuk pedang Yiqing. Meski lukanya tidak parah, tapi telah mengeluarkan darah bercucuran, sehingga keadaannya menjadi agak runyam.

Dalam keadaan sadar dan tidak sadar, Linghu Chong dapat mendengar suara dentingan senjata beradu. Ketika matanya sedikit terbuka, tampak wajah Yilin penuh rasa cemas sedang membaca doa, "Semua makhluk dalam marabahaya, menderita kesulitan tak tertahankan. Namun berkat kekuatan dan kebijaksanaan Dewi Guanyin yang welas asih dapat menyelamatkan dunia dari penderitaan ...." Seketika teringat olehnya kejadian di luar Kota Hengshan dulu saat dirinya terluka. Dalam hati ia merasa sangat berterima kasih.

Linghu Chong kemudian bangkit dan berkata lirih, "Adik cilik, terima kasih banyak atas bantuanmu. Sekarang berikan pedangmu kepadaku."

Yilin menjawab, "Jangan ... kau jangan ... jangan ...."

Linghu Chong tersenyum lembut. Ia mengambil pedang dari tangan Yilin, kemudian tangan kirinya bertumpu pada bahu kanan biksuni muda itu dan kakinya lantas melangkah sempoyongan ke depan. Sebenarnya Yilin sangat cemas dan khawatir. Namun begitu bahunya mampu menahan beban tubuh Linghu Chong, seketika timbul keberaniannya. Ia pun mengerahkan kekuatannya pada bahu kanan tersebut dan ikut berjalan mengiringi ke mana Linghu Chong pergi.

Linghu Chong berjalan perlahan-lahan melewati formasi empat belas murid Henshan sehingga kini berhadapan dengan Zhong Zhen bertiga. Sekali pedangnya menyambar, pedang Gao Kexin kembali jatuh ke tanah. Ketika pedang bergerak untuk kedua kalinya, tanpa ampun cambuk panjang Teng Bagong lagi-lagi melilit leher sendiri. Dan gerakan pedang yang ketiga kalinya pun dengan tepat membentur pedang Zhong Zhen.

Zhong Zhen sadar ilmu pedang Linghu Chong sangat aneh dan sukar ditandingi olehnya. Namun melihat langkah Linghu Chong yang terhuyung-huyung, ia berpikir bahwa kali ini ada kesempatan emas untuk mengalahkannya, yaitu dengan cara mengadu senjata sekuat tenaga untuk membentur jatuh pedang lawan. Maka ketika kedua senjata mereka beradu, ia pun mengerahkan segenap tenaga dalamnya dan menyalurkannya ke pedang.

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang