46. Seni Minum Arak

2.7K 55 0
                                    

Berkat hembusan angin yang cukup kencang membuat kapal melaju dengan cepat menuju hilir sungai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berkat hembusan angin yang cukup kencang membuat kapal melaju dengan cepat menuju hilir sungai. Memasuki senja, rombongan telah mendekati kota Lanfeng. Si jurumudi telah menurunkan jangkar dan segera menyiapkan makan malam. Selagi mereka hendak bersantap, tiba-tiba terdengar suara orang berseru lantang di daratan, "Permisi, numpang tanya! Apakah para kesatria dari Perguruan Huashan berada di dalam kapal ini?"

Sebelum Yue Buqun menjawab, Dewa Ranting Persik sudah mendahului berteriak, "Benar, para kesatria gagah dari Lembah Persik dan Perguruan Huashan berada di kapal ini. Ada urusan apa?"

"Syukurlah kalau demikian," seru orang itu gembira. "Kami sudah menunggu sehari semalam di sini. Ayo, lekas, lekas kita bawa ke sana!"

Terlihat belasan orang laki-laki kekar terbagi dalam dua barisan berjalan keluar dari sebuah pondok beratap jerami dengan memikul belasan peti berwarna merah secara berpasangan. Seorang laki-laki berbaju biru dan bertangan kosong mendekati kapal, lalu berkata sambil memberi hormat, "Majikan kami mendengar bahwa Pendekar Linghu sedang tidak enak badan. Beliau merasa ikut prihatin. Sebenarnya majikan kami ingin datang menjenguk langsung, namun sayang ada urusan lain di tempat jauh yang tidak bisa ditinggalkan. Maka, majikan kami hanya bisa memberi perintah melalui merpati pos kepada kami supaya mengantarkan sedikit hadiah kepada Pendekar Linghu. Mohon Pendekar Linghu sudi menerima."

Dua barisan orang kekar itu lantas berjalan ke atas kapal. Belasan peti merah tersebut mereka letakkan di atas geladak kapal.

Linghu Chong berseru keheranan. Ia lalu bertanya, "Aku yang bernama Linghu Chong. Bolehkah aku bertanya siapakah majikan kalian yang mulia? Sungguh aku merasa tidak pantas menerima hadiah-hadiah ini."

Laki-laki berbaju biru menjawab, "Semoga Pendekar Linghu mendapat keberuntungan dan lekas pulih kembali. Untuk itu kami harap Pendekar Linghu suka menjaga diri baik-baik." Usai berkata demikian, orang itu memberi hormat dan kemudian melangkah pergi.

Linghu Chong yang masih terheran-heran pun berkata sendiri, "Sungguh aneh. Entah siapa orang yang telah mengirimkan hadiah-hadiah ini untukku."

Kelima Dewa Lembah Persik tidak mampu menahan diri dan segera berkata bersamaan, "Ayo kita buka saja semuanya!"

Kakek-kakek aneh itu lantas berhamburan maju dan membuka tutup peti-peti merah tersebut. Tampak sebagian berisi macam-macam makanan lezat. Ada panggang ayam, daging babi, dan makanan lain yang cocok untuk minum arak. Selain itu ada pula ginseng, tanduk rusa, sarang burung walet, jamur emas, dan obat-obatan lain yang tidak ternilai harganya. Dua peti terakhir berisi penuh dengan emas dan perak. Sepertinya disediakan sebagai bekal perjalanan Linghu Chong. Meskipun tadi si laki-laki berbaju biru menyebutkan "sedikit hadiah" namun pada kenyataannya sama sekali tidak dapat disebut sedikit.

Begitu melihat kue, manisan, buah-buahan, dan berbagai makanan di dalam peti tersebut, kelima Dewa Lembah Persik tanpa disuruh segera mengambil dan memasukkannya ke dalam mulut sambil berteriak-teriak, "Enak sekali! Sungguh lezat!"

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang