Melihat wajah mereka berempat, Xiang Wentian segera paham kalau Linghu Chong telah memenangkan pertandingan pedang melawan majikan pertama. Jika Huang Zhonggong yang menang, tentu Heibaizi tidak akan terlihat setenang itu, juga Tubiweng dan Dan Qingsheng pasti akan bersemangat. Begitu bertemu muka, tentu keduanya segera menjulurkan tangan, meminta kaligrafi karya Zhang Xu dan lukisan karya Fan Kuan. Namun demikian, Xiang Wentian pura-pura bertanya, "Adik Feng, apakah Tuan Pertama telah memberikan petunjuk ilmu pedang kepadamu?"
"Kepandaian Tuan Pertama sangat tinggi sukar diukur," jawab Linghu Chong. "Hanya saja, secara kebetulan Beliau bertemu denganku yang sama sekali sudah tidak mempunyai tenaga dalam, sehingga tidak terpengaruh pula oleh suara kecapi Tuan Pertama yang disertai dengan tenaga dalam. Sekali lagi, ini semua karena kebetulan belaka."
Danqingsheng melotot kepada Xiang Wentian, kemudian berkata, "Adik Feng ini orang yang jujur. Segalanya telah dikatakan dengan terus terang. Kau bilang tenaga dalamnya jauh di atasmu sehingga kakak pertama kami tertipu mentah-mentah olehmu."
"Dulu tenaga dalam Adik Feng memang jauh di atasku sebelum akhirnya musnah," jawab Xiang Wentian dengan tertawa. "Yang kukatakan adalah masa lalu, bukan sekarang."
"Huh, kau bukan manusia baik-baik," ejek Tubiweng.
Xiang Wentian memberi hormat sambil berkata, "Karena di dalam Wisma Mei Zhuang ini ternyata tidak ada seorang pun yang mampu mengalahkan ilmu pedang Adik Feng, maka sekarang juga kami mohon pamit." Ia lalu berkata kepada Linghu Chong, "Adik Feng, mari kita pergi!"
Linghu Chong lantas memberi hormat pula kepada ketiga majikan itu, dan berkata, "Hari ini aku sangat beruntung bisa berjumpa dengan keempat majikan. Sungguh aku sangat bersyukur. Kelak di kemudian hari bila ada kesempatan, aku akan berkunjung lagi ke tempat yang mulia ini."
Danqingsheng menanggapi, "Adik Feng, kapan pun kau boleh datang kemari untuk minum-minum denganku. Kau boleh merasakan semua arak simpananku. Tapi kalau Saudara Tong ini, hehe."
"Ah, aku tidak biasa minum arak, sudah tentu tidak berani mencari penyakit ke sini," ujar Xiang Wentian dengan tersenyum dan memberi hormat. Ia lantas menarik tangan Linghu Chong dan mengajaknya keluar. Heibaizi bertiga masih terus mengantar di belakang.
Xiang Wentian berkata, "Ketiga Majikan silakan sampai di sini saja, tidak perlu mengantar jauh-jauh."
"Hah, apa kau pikir kami sedang mengantarmu?" ejek Tubiweng. "Yang kami antar adalah Saudara Feng, bukan dirimu. Jika hanya dirimu, satu langkah pun kami tidak sudi mengantar."
"Oh, ternyata begitu," sahut Xiang Wentian tertawa.
Setelah mengantar sampai di luar pintu gerbang barulah Heibaizi bertiga mengucapkan selamat jalan kepada Linghu Chong. Tubiweng dan Danqingsheng menatap dengan tajam. Andai saja bisa, rasanya ingin sekali mereka merebut bungkusan di punggung Xiang Wentian itu.
Xiang Wentian tidak ambil pusing. Digandengnya tangan Linghu Chong dan melangkah pergi. Sesudah agak jauh meninggalkan Wisma Mei Zhuang, mereka masuk ke dalam hutan pohon liu yang rimbun dan remang-remang. Ia kemudian bertanya dengan tertawa, "Adik, ilmu 'Pedang Tujuh Senar Tanpa Wujud' yang keluar dari kecapi majikan pertama itu sangat ampuh. Bagaimana kau bisa mengalahkannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin Yong
General FictionPendekar Hina Kelana mengisahkan pertarungan antara perguruan yang katanya aliran lurus yang diwakili oleh Wu Yue Jian Pai (Persatuan Lima Gunung Perguruan Pedang) yang terdiri dari Song Shan, Tay Shan, Hen Shan, Hua Shan dan Heng Shan dengan aliran...