87. Pertaruhan Tiga Babak

2.7K 63 0
                                    

Demi mencegah agar perdebatan kedua orang itu tidak melebar, Mahabiksu Fangzheng segera menyela, "Mengenai siapa yang membunuh kedua biksuni, kita bisa bertanya kepada Pendekar Linghu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Demi mencegah agar perdebatan kedua orang itu tidak melebar, Mahabiksu Fangzheng segera menyela, "Mengenai siapa yang membunuh kedua biksuni, kita bisa bertanya kepada Pendekar Linghu. Tentu segalanya bisa terungkap jelas. Tapi kalian bertiga datang ke Biara Shaolin, tahu-tahu mencelakai delapan orang kami. Tolong katakan apa sebab dari semua ini?"

Ren Woxing menjawab, "Aku sudah biasa datang dan pergi di dunia persilatan sesuka hatiku. Tidak ada seorang pun yang berani mengaturku. Tapi kedelapan orang ini berani membentak-bentak dan menyuruhku keluar dari tempat persembunyian. Bukankah dosa mereka ini cukup pantas dibayar dengan kematian?"

"Amitabha!" ujar Fangzheng. "Hanya karena membentak beberapa kali, Tuan Ren lantas mengambil tindakan sekeji ini. Apakah caramu ini tidak keterlaluan?"

"Hahaha! Jika Kepala Biara menganggap ini keterlaluan, tidak masalah," sahut Ren Woxing. "Karena kau tidak membuat susah putri tercintaku, maka aku berhutang budi kepadamu. Kedatanganku kemari sebenarnya untuk berterima kasih kepadamu. Maka, kali ini aku tidak ingin banyak berdebat denganmu. Namun sekarang rasanya aku tidak perlu berterima kasih lagi. Masalah ini kuanggap beres dan selesai sampai di sini."

Mahabiksu Fangzheng menjawab, "Jika Tuan Ren menganggap sudah beres, maka aku pun akan menganggap beres. Namun kalian telah membunuh delapan orang di biara kami. Lantas bagaimana kami harus menyelesaikan masalah ini?"

"Penyelesaian apa lagi?" sahut Ren Woxing. "Anggota Sekte Matahari dan Bulan sangat banyak. Jika kalian mampu silakan saja bunuh delapan orang di antara mereka supaya impas."

"Amitabha! Sembarangan membunuh orang adalah dosa besar, hanya menambah karma buruk saja," kata Fangzheng. "Hm, Ketua Zuo, dua di antara delapan orang yang terbunuh ini adalah murid-murid Perguruan Songshan kalian. Menurutmu, bagaimana cara penyelesaian masalah ini?"

Belum sempat Zuo Lengchan menanggapi, Ren Woxing segera mendahului, "Aku yang telah membunuh mereka, kenapa kau tanya cara penyelesaiannya kepada orang lain? Kenapa tidak tanya kepadaku saja? Dari nadamu ini rupanya kalian hendak mengandalkan jumlah yang banyak untuk main kerubut terhadap kami bertiga, begitu?"

"Bukan begitu maksudku," kata Fangzheng. "Hanya saja, Tuan Ren sekarang telah muncul kembali di dunia persilatan. Aku takut banyak orang akan binasa di tangan Tuan Ren. Maka itu, aku bermaksud meminta kalian agar sudi tinggal di biara ini untuk bersembahyang dan membaca kitab. Dengan demikian barulah dunia persilatan menjadi aman dan tenteram. Entah bagaimana pendapat kalian?"

Ren Woxing menengadah dan tertawa, "Hahaha, bagus sekali, bagus sekali! Usul yang sangat menarik."

Fangzheng berkata lagi, "Ketika putrimu tinggal di belakang biara ini, setiap murid Shaolin menaruh hormat kepadanya. Segala pelayanan kami tidak pernah kurang suatu apa. Aku menahan putrimu di sini bukan untuk membalas dendam atas murid-murid kami yang menjadi korban keganasannya. Aih, dendam dibalas dendam tidak akan pernah ada ujungnya. Mungkin kematian murid-murid kami itu adalah karma atas perbuatan mereka sendiri di kehidupan sebelumnya. Hanya saja ... Nona Ren sendiri begitu mudah mencabut nyawa orang. Bila dia berdiam di sini untuk mendamaikan pikiran dan menenangkan jiwanya, tentu hal ini sangat baik untuk orang banyak."

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang