57. Kitab Pengubah Urat

3K 66 1
                                    

Segera ia memutar tubuh dan mendekati Yingying

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Segera ia memutar tubuh dan mendekati Yingying. Dipegangnya kedua tangan gadis itu yang terasa begitu dingin bagai es. Dengan suara lirih ia berbisik, "Untuk apa kau berbuat demikian?"

"Aku takut," sahut Yingying.

"Takut apa?" tanya Linghu Chong.

"Aku takut kau yang tolol ini tidak mau menuruti perkataanku dan benar-benar pergi mengembara di dunia persilatan lagi. Mungkin tidak sampai besok kau sudah mati di tangan seorang manusia bau yang tidak berharga di antara mereka," jawab Yingying.

"Mereka adalah orang-orang gagah yang berjiwa kesatria. Mereka pun sangat baik kepadamu. Mengapa kau begitu memandang rendah terhadap mereka?" Linghu Chong kembali bertanya.

"Di belakangku mereka menertawai aku. Mereka juga ingin membunuhmu. Bukankah mereka itu manusia-manusia busuk yang tidak berharga?" balas Yingying.

Linghu Chong tak kuasa menahan tawa. Ia berkata, "Kau sendiri yang menyuruh mereka mencari dan membunuhku, mengapa sekarang kau justru menyalahkan mereka? Lagipula mereka puin tidak menertawaimu. Bukankah kau mendengar pembicaraan Lao Touzi bertiga tadi tentang dirimu, yang begitu segan dan hormat kepadamu? Mana mungkin mereka bermaksud menertawai dirimu?"

"Mulut mereka tidak tertawa, tapi dalam hati mereka tertawa," kata Yingying.

Diam-diam Linghu Chong merasa gadis ini bersifat ingin menang sendiri, maka ia pun tidak mau berdebat lagi dengannya. Terpaksa ia hanya berkata, "Baiklah, kau melarang aku pergi, biar aku mendampingimu di sini saja. Aih, jika benar-benar dicincang orang sehingga mayatku hancur menjadi delapan belas potong rasanya tentu tidak enak."

Yingying merasa gembira mendengar Linghu Chong berjanji tidak akan pergi. Ia berkata, "Bukan lagi tidak enak, tapi benar-benar konyol."

Sewaktu berbicara demikian, gadis itu agak memalingkan wajahnya. Di bawah cahaya bulan dan bintang yang remang-remang, raut wajahnya yang putih halus terlihat memancarkan sinar lembut. Perasaan Linghu Chong pun terguncang, membuatnya berpikir, "Sesungguhnya nona ini jauh lebih cantik daripada Adik Kecil. Akan tetapi ... akan tetapi, entah mengapa hatiku masih selalu terkenang kepada Adik Kecil seorang."

Sudah tentu Yingying tidak tahu isi hati Linghu Chong yang sedang memikirkan Yue Lingshan. Ia pun bertanya, "Di mana kecapi pemberianku tempo hari? Sudah hilang, ya?"

"Ya," jawab Linghu Chong. "Aku kehabisan bekal di tengah jalan dan terpaksa kecapi itu kugadaikan." Sambil berkata demikian ia lalu menanggalkan bungkusan yang tersandang di bahunya. Bungkusan itu lalu dibuka dan di dalamnya terdapat kecapi pemberian Yingying tersebut.

Melihat bungkusan kecapi itu sangat rapi – menandakan betapa cermat dan sayang Linghu Chong terhadap benda pemberiannya – diam-diam Yingying merasa sangat senang. Ia kemudian menggerutu, "Setiap hari kau harus berbohong berapa kali supaya hatimu merasa puas?" Lalu ia mengambil kecapi itu dan mulai memetiknya perlahan-lahan. Dimainkannya lagu Penyebar Kebajikan Pemurni Batin sambil bertanya, "Lagu ini sudah kau pelajari dengan baik atau belum?"

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang