Begitu membuka mata dan tidak melihat adanya biksu besi lagi, Dewa Akar Persik segera membual, "Sungguh lihai biksu besi tadi. Tapi semuanya dapat dihancurkan oleh Enam Dewa Lembah Persik."
Dewa Bunga Persik lebih tahu diri dan berkata, "Tuan Muda Linghu juga berjasa, tapi jasa kami enam bersaudara lebih besar."
Dengan menahan rasa sakit di bahunya Linghu Chong berkata sambil tertawa, "Tentu saja. Siapa yang mampu menandingi Enam Dewa Lembah Persik?"
"Sebenarnya apa yang terjadi, Tuan Muda Linghu?" tanya Zu Qianqiu.
Dengan ringkas Linghu Chong menuturkan pengalamannya tadi, kemudian berpendapat, "Kemungkinan besar Gadis Suci terkurung di dalam situ. Kita harus mencari akal untuk memusnahkan kawanan patung biksu besi penjaga lorong ini."
Zu Qianqiu melirik sekejap ke arah Enam Dewa Lembah Persik, lalu berkata, "Ternyata biksu-biksu besi itu belum dihancurkan."
"Apa sulitnya untuk menghancurkan biksu-biksu mati itu? Hanya saja, sementara ini kami sedang tidak ingin," sahut Dewa Dahan Persik.
"Benar, kemana pun kami berenam pergi, sehebat apa pun musuh bisa kami kalahkan," tukas Dewa Buah Persik mendukung saudaranya.
"Entah bagaimana cara bekerja biksu-biksu besi itu, harap Enam Dewa Lembah Persik maju lagi untuk memancing serangannya, biar kami bisa menyaksikan," kata Ji Wushi.
Tapi Enam Dewa Lembah Persik rupanya sudah jera, tentu tidak mau disuruh merasakan pukulan tongkat baja lagi. Dewa Dahan Persik lantas berkata kepada Ji Wushi dan yang lain, "Hei, melihat kucing makan tikus adalah biasa. Tapi kalau tikus makan kucing apa ada yang pernah melihat?"
"Baru saja kami bertujuh menyaksikan tikus makan kucing, sungguh luar biasa!" sambung Dewa Daun Persik.
Ternyata Enam Dewa Lembah Persik masih mempunyai suatu kepandaian simpanan, yaitu apabila terdesak dan tidak bisa menjawab pertanyaan, mereka lantas membelokkan pokok pembicaraan ke hal-hal lain.
Linghu Chong berkata, "Adakah yang bersedia mengambilkan beberapa bongkah batu besar?"
Segera tiga orang berlari keluar dan kemudian kembali dengan masing-masing membawa sepotong batu besar, masing-masing paling tidak seberat seratus kati. Batu-batu besar yang mereka ambil itu berasal dari bebatuan karang penghias taman dalam biara.
Linghu Chong lantas mengangkat sepotong batu besar itu lalu menggelindingkannya ke dalam lorong. Terdengarlah suara bergemuruh yang diikuti suara berderit-derit. Batu besar itu telah menyentuh alat rahasia di lantai, sehingga biksu-biksu besi yang bersembunyi di lekukan dinding lantas bergerak kembali. Di bawah sinar obor, bayangan tongkat baja yang bersambaran dengan kencang pun terlihat oleh mereka. Selang agak lama kemudian barulah biksu-biksu besi itu menyelinap kembali ke dalam dinding.
Semua orang tercengang menyaksikan peristiwa ajaib tersebut.
Ji Wushi lalu berkata, "Ketua Linghu, biksu-biksu besi itu digerakkan oleh semacam mesin. Tenaganya sangat kuat, tentu mereka digerakkan oleh semacam roda berpegas yang dililit rantai besi dan diputar kencang. Bagaimana kalau kita gelindingkan batu lebih banyak sampai tenaga pegasnya habis, sehingga biksu-biksu besi itu tidak akan bergerak lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin Yong
General FictionPendekar Hina Kelana mengisahkan pertarungan antara perguruan yang katanya aliran lurus yang diwakili oleh Wu Yue Jian Pai (Persatuan Lima Gunung Perguruan Pedang) yang terdiri dari Song Shan, Tay Shan, Hen Shan, Hua Shan dan Heng Shan dengan aliran...