106. Mengalah

2.5K 54 3
                                    

Meskipun Yue Lingshan mampu memainkan kedua jurus itu secara tepat, namun gagasan di dalamnya belum benar-benar ia pahami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun Yue Lingshan mampu memainkan kedua jurus itu secara tepat, namun gagasan di dalamnya belum benar-benar ia pahami. Maka, Tuan Besar Mo pun dapat mengatasinya dengan baik. Pada jurus selanjutnya, pedang Yue Lingshan tampak bergoyang-goyang. Tuan Besar Mo mengenali bahwa itu adalah jurus Shilin Shuseng, disusul dengan jurus Tianzhu Yunqi. Gagasan di dalam rumpun Jurus Pedang Tianzhu diambil dari aneka perubahan awan dan kabut di angkasa.

Begitu melihat Yue Lingshan menggunakan jurus yang susah ditebak tersebut, Tuan Besar Mo memilih untuk menghindar daripada menangkisnya. Namun demikian, ia tetap memutar pedangnya secepat kilat ke barat dan ke timur, demi untuk mengaburkan pandangan para penonton bahwa dirinya sedang berusaha melarikan diri dari serangan si nyonya muda.

Tuan Besar Mo sadar, selain jurus Quanming Furong, Hexiang Zige, Shilin Shuseng, dan Tianzhu Yunqi, masih terdapat lagi jurus ampuh Perguruan Hengshan yang bernama Yanhui Zhurong. Di antara kelima puncak utama Gunung Hengshan, Zhurong merupakan puncak yang paling tinggi. Jurus Yanhui Zhurong juga merupakan jurus pedang paling hebat dari sekian banyak ilmu silat Perguruan Hengshan. Tuan Besar Mo sendiri hanya menerima penjelasan samar-samar dari gurunya karena sang guru sendiri juga kurang terlalu memahami jurus ini dengan jelas. Membayangkan jika Yue Lingshan tiba-tiba memainkannya seketika Tuan Besar Mo menjadi gentar dan khawatir. Meskipun nyawanya mungkin tidak sampai melayang, namun hal itu tentu akan sangat memalukan. Jika sampai kalah oleh ilmu pedang perguruan sendiri, tentu tidak ada lagi alasan baginya untuk tetap berkecimpung di dunia persilatan selamanya.

Akan tetapi, begitu melihat gaya Yue Lingshan yang menyerang dengan ragu-ragu dan kurang yakin, Tuan Besar Mo segera paham bahwa lawannya ini kurang berpengalaman dan tidak tahu apa yang harus diperbuat. "Rupanya Nyonya Muda masih perlu banyak belajar lagi," ujarnya setengah bergumam.

Dengan menggunakan jurus Tianzhu Yanqui, Yue Lingshan sebenarnya telah berhasil membuat Tuan Besar Mo terdesak mundur. Meskipun Tuan Besar Mo mampu menutupi kekalahannya dengan mengayunkan pedangnya ke segala arah, namun para tokoh papan atas seperti Mahabiksu Fangzheng, Pendeta Chongxu, Zuo Lengchan, Yue Buqun, dan Linghu Chong masih tetap bisa melihat gerakan pura-puranya itu. Andai saja Yue Lingshan memahami apa yang terjadi dan segera menarik pedangnya sambil berkata, "Terima kasih, Paman Guru Mo sudi mengalah!" tentu keadaan di antara mereka akan jelas terlihat, siapa yang kalah, siapa yang menang. Bagaimanapun juga Tuan Besar Mo adalah kaum sepuh berkedudukan tinggi, tidak pantas baginya tetap menyerang setelah kalah satu jurus melawan angkatan yang lebih muda. Namun sayangnya, Yue Lingshan tidak menyadari hal itu dan ia tetap bertarung meskipun dengan gerakan yang ragu-ragu.

Karena pihak lawan menunjukkan betapa pengalaman bertarungnya masih dangkal, kesempatan ini pun tidak disia-siakan oleh Tuan Besar Mo. Begitu melihat bibir mungil Yue Lingshan yang berwarna merah delima tersenyum merekah seolah hendak mengatakan sesuatu, seketika itu pula pedang tipis Tuan Besar Mo bergerak dengan cepat. Ini merupakan puncak dari hasil latihannya selama berpuluh-puluh tahun. Gerakannya yang sangat cepat membuat Yue Lingshan terkurung dalam kilatan sinar pedangnya. Suara pedangnya menderu-deru sampai terdengar seperti alunan suara rebab yang menyayat hati.

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang