"Menurut kabar yang kudengar, memang begitulah adanya," kata si kakek sambil manggut-manggut. "Ada satu hal lagi yang ingin kukatakan, tapi jangan-jangan sukar untuk dilakukan Pendekar Muda. Namun seorang kesatria harus berani melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain. Perguruan Shaolin memiliki semacam ilmu unggulan bernama Kitab Pengubah Urat. Mungkin Pendekar Muda pernah mendengarnya."
Linghu Chong menjawab, "Benar. Konon kabarnya ilmu ini adalah puncak dari segala ilmu tenaga dalam di dunia persilatan. Bahkan, para biksu agung angkatan sepuh dalam Perguruan Shaolin juga belum tentu boleh mempelajarinya."
Orang tua itu melanjutkan, "Hari ini Pendekar Muda memimpin ribuan orang menuju Biara Shaolin. Aku khawatir persoalan ini tidak mudah diselesaikan dan kemungkinan besar akan terjadi sesuatu yang tidak baik. Tak peduli siapa yang menang siapa yang kalah, tetap saja akan jatuh banyak korban di kedua pihak. Hal ini sesungguhnya merupakan malapetaka bagi dunia persilatan. Walaupun sudah tua bangka dan tidak becus, tapi aku bersedia menjadi penengah kalian. Aku akan memohon pada Ketua Biara Shaolin yang welas asih itu supaya bersedia mengajarkan ilmu dalam Kitab Pengubah Urat kepada Pendekar Muda. Sebaliknya, Pendekar Muda hendaklah memberi penjelasan kepada rombonganmu supaya membubarkan diri sampai di sini saja. Dengan demikian, bencana besar dan pertumpahan darah ini dapat dihindari. Entah bagaimana pendapat Pendekar Muda atas usulku ini?"
"Lalu bagaimana dengan Nona Ren yang masih ditahan di Biara Shaolin itu?" tanya Linghu Chong.
"Nona Ren telah membunuh empat murid Perguruan Shaolin, juga banyak menimbulkan huru-hara di dunia persilatan. Kalau Mahabiksu Fangzheng mengurungnya kukira bukan karena ingin membalas dendam, tapi timbul dari sifatnya yang welas asih demi keselamatan sesama kaum persilatan," jawab si kakek. "Pendekar Muda memiliki watak bagus dan ilmu silat tinggi, mengapa harus khawatir tidak mendapatkan jodoh yang seimbang dari keluarga baik-baik? Untuk apa kau harus terikat dan tidak mau meninggalkan perempuan siluman dari Sekte Iblis itu sehingga merusak nama baikmu dan menghancurkan masa depanmu?"
Linghu Chong segera bangkit dan menjawab lantang, "Linghu Chong sudah menerima budi baik orang dan sudah pasti akan membalasnya. Mengenai maksud baik Sesepuh, mohon maaf, terpaksa aku tidak bisa menerimanya."
Si kakek menghela napas, dan berkata lagi, "Orang muda tenggelam oleh kecantikan, terjebak oleh wajah ayu. Rasanya memang sukar menghindarkan diri."
"Saya mohon diri dulu," kata Linghu Chong sambil memberi hormat dan membungkukkan tubuh.
"Tunggu dulu!" seru si kakek. "Meski aku jarang berhubungan dengan Perguruan Huashan, tapi sedikit banyak aku yakin Tuan Yue masih memberi muka kepadaku. Jika kau mau menerima nasihatku tadi, aku dan Ketua Biara Shaolin berani memberi jaminan akan membuatmu kembali diterima Perguruan Huashan. Apakah kau percaya kepadaku?"
Mau tidak mau hati Linghu Chong tergerak mendengar tawaran menarik itu. Diterima kembali ke dalam Perguruan Huashan sudah menjadi cita-cita yang paling didambakannya. Kakek ini memiliki ilmu silat sedemikian tinggi, nada bicaranya juga meyakinkan, tentu ia seorang tokoh terkemuka dari Perguruan Wudang. Ditambah lagi dengan janjinya untuk mengajak Mahabiksu Fangzheng memberikan jaminan kepadanya, tentu ini bukanlah main-main. Selama ini Sang Guru senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama kaum aliran lurus, lebih-lebih terhadap Biara Shaolin dan Perguruan Wudang yang merupakan dua perguruan utama dalam dunia persilatan. Kalau dua orang tokoh terkemuka dari kedua perguruan tersebut tampil memberikan jaminan kepadanya, tentu Sang Guru tidak mungkin menolak untuk menerimanya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin Yong
Aktuelle LiteraturPendekar Hina Kelana mengisahkan pertarungan antara perguruan yang katanya aliran lurus yang diwakili oleh Wu Yue Jian Pai (Persatuan Lima Gunung Perguruan Pedang) yang terdiri dari Song Shan, Tay Shan, Hen Shan, Hua Shan dan Heng Shan dengan aliran...