120. Memperdaya Orang-orang Licik

2K 48 0
                                    

Yilin menangis tersedu-sedu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yilin menangis tersedu-sedu. Dengan lembut si nenek kembali berkata, "Aku hendak membicarakan suatu urusan penting denganmu. Setelah mendengarnya tentu kau akan senang."

"Apakah soal ayahku?" tanya Yilin.

"Tentang ayahmu? Huh, persetan dia mampus atau hidup," sahut si nenek. "Yang akan kubicarakan adalah mengenai Kakak Linghu-mu."

"Tidak. Jang... jangan kau sebut-sebut dia lagi. Aku ... aku tidak mau bicara tentang dia lagi untuk selamanya," jawab Yilin dengan suara terputus-putus. "Sudahlah, aku mau pulang untuk sembahyang."

"Jangan, tunggu dulu! Dengarkan dulu uraianku!" kata si nenek. "Kakak Linghu-mu bilang padaku bahwa sesungguhnya dalam hati dia sangat menyukaimu. Dia sepuluh kali lipat lebih menyukaimu daripada Nona Ren dari Sekte Iblis itu."

Linghu Chong memandang sekejap kepada Ren Yingying, kemudian memaki dalam hati, "Perempuan tua bangka. Pembohong besar nomor satu di dunia!"

Sementara itu terdengar Yilin menghela napas lalu berkata, "Kau tidak perlu berdusta padaku. Ketika pertama kali aku mengenalnya, Kakak Linghu hanya menyukai adik seperguruannya seorang. Kemudian sesudah adik seperguruannya itu meninggalkannya dan menikah dengan orang lain, ia lantas menyukai Nona Ren seorang. Dalam lubuk hatinya kini hanya Nona Ren saja yang ia cintai."

Kembali pandangan Linghu Chong beradu dengan Ren Yingying. Hati keduanya sama-sama merasa berbunga-bunga dan sangat bahagia.

Terdengar si nenek berkata, "Sebenarnya diam-diam dia sangat menyukaimu. Hanya saja, kau ini seorang biarawati, sedangkan dia juga ketua Perguruan Henshan. Rasanya tidak pantas kalau ia mengutarakan isi hati dengan bebas. Tapi kini dia sudah mengambil keputusan, sudah menetapkan niat, sudah bertekad bulat akan menikahimu. Sebab itulah ia lantas mencukur rambutnya dan menjadi biksu."

"Hahhh!" kembali Yilin menjerit kaget. "Tidak bisa ... tidak bisa demikian! Tidak boleh ... tidak boleh demikian! Tolong kau suruh ... suruh dia jangan menjadi biksu."

"Sudah terlambat," sahut si nenek dengan nada menyesal. "Kini dia sudah menjadi biksu. Katanya, bagaimanapun juga dia harus menikahimu. Kalau sampai gagal, maka dia akan bunuh diri atau menjadi kasim saja."

"Menjadi kasim?" Yilin menegas. "Kasim itu apa? Kata Guru istilah kasim tidak baik untuk diucapkan, apalagi oleh kaum biarawati seperti kami."

Si nenek menjawab, "Kasim bukan istilah kotor. Kasim adalah pelayan kaisar, pelayan keluarga kaisar, semacam kaum hamba sahaya di dalam istana."

"Tapi Kakak Linghu sangat menjunjung tinggi harga diri, seorang yang suka hidup bebas merdeka. Mana mungkin ia sudi menjadi pelayan kaisar?" ujar Yilin. "Bahkan menjadi kaisar sekalipun dia tidak mungkin mau, apalagi menjadi pelayan kaisar? Aku yakin tidak mungkin dia menjadi kasim."

Si nenek menjawab, "Bukan maksudku seperti itu. Istilah kasim aku gunakan hanya sebagai perumpamaan saja. Maksudku, orang yang sudah menjadi kasim selama hidupnya tidak bisa mempunyai anak lagi."

Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang