Di luar dugaan, Yue Buqun ternyata tenang-tenang saja. Ia mengelak ke samping menghindari serangan tersebut, kemudian balas menusuk dengan Jurus Cemara Tua Rindang Rimbun. Sikapnya terlihat teratur, jelas tidak berusaha menyerang titik kelemahan lawan, melainkan hanya memainkan jurus-jurusnya dengan rapat tanpa celah kesalahan. Ini menunjukkan bahwa ia telah merencanakan sebuah pertarungan jangka lama dan sama sekali tidak terpancing kemarahannya oleh jurus-jurus sindiran Zuo Lengchan, yaitu Jurus Membuka Gerbang Tampak Gunung dan Jurus Membelah Gunung Huashan tadi.
Menyadari hal itu, Zuo Lengchan tidak berani gegabah lagi. Ia merasa Yue Buqun memang seorang musuh yang tangguh dan tidak bisa disepelekan begitu saja. Segera ia pun melancarkan serangan lagi dengan lebih berhati-hati, karena jika tidak, maka serangannya yang seenaknya justru akan memberi kesempatan bagi Yue Buqun untuk berada di atas angin. Kali ini yang ia mainkan adalah jurus asli Perguruan Songshan, bernama Naga Kumala Keluar Kahyangan.
Murid-murid Songshan memang sudah mempelajari jurus ini, namun tidak seorang pun yang bisa memainkannya seperti Zuo Lengchan. Melihat kehebatan sang guru besar membuat mereka sama-sama tercengang takjub. Tampak pedang Zuo Lengchan menerjang seperti naga yang meliuk-liuk, kadang lurus kadang bengkok, membuat para murid tak henti-hentinya bersorak memuji.
Sementara itu, para hadirin dari golongan lain sejak tadi banyak yang muak melihat murid-murid Perguruan Songshan yang bersorak-sorak memuji setiap perkataan Zuo Lengchan, menyalakan petasan, atau menabuh genderang, serta merendahkan pihak lain. Namun, begitu menyaksikan sorak-sorai mereka saat mengiringi pertandingan ini, banyak di antara para hadirin yang akhirnya menjadi maklum bahwa kehebatan Zuo Lengchan memang pantas untuk dipuji. Tanpa terasa mereka pun ikut bersorak-sorak seperti apa yang dilakukan murid-murid Songshan tersebut.
Jurus Naga Kumala Keluar Kahyangan di tangan Zuo Lengchan memang benar-benar tampak sempurna. Pedangnya seolah berubah menjadi seekor ular besar yang benar-benar hidup. Para hadirin baik yang bersenjata pedang ataupun senjata jenis lainnya sama-sama terkagum-kagum. Bahkan, para sesepuh dari Perguruan Taishan dan Hengshan banyak yang berpikir, "Untung yang berada di atas panggung itu Yue Buqun, bukan aku."
Zuo Lengchan dan Yue Buqun menggunakan ilmu pedang perguruan masing-masing untuk saling menyerang. Ilmu pedang Songshan dialiri tenaga dalam yang keras dan dahsyat penuh wibawa, bagaikan ribuan prajurit bertombak menunggang kuda berpacu di padang luas. Sementara itu, ilmu pedang Huashan dialiri tenaga dalam yang lembut dan ringan, bagaikan sepasang burung walet terbang di angkasa, melayang-layang naik turun, dan menyelinap di antara ranting pohon liu. Begitu seru pertarungan mereka sehingga dalam sekejap saja keduanya seakan-akan terbungkus rapat oleh sinar pedang yang berkelebatan. Meskipun pada diri Yue Buqun tidak terlihat adanya tanda-tanda kekalahan, tapi tampak jelas bahwa ilmu pedang Songshan di tangan Zuo Lengchan lebih banyak menyerang daripada bertahan.
Yue Buqun sendiri lebih banyak berusaha menghindari serangan dahsyat Zuo Lengchan daripada menangkisnya. Sebisa-bisanya ia berusaha agar pedangnya tidak bersentuhan dengan pedang lawan. Meskipun ilmu silatnya tinggi, namun ia lebih banyak mengandalkan kelincahan untuk menghadapi kekuatan pedang Zuo Lengchan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Hina Kelana (Xiaou Jianghu) - Jin Yong
General FictionPendekar Hina Kelana mengisahkan pertarungan antara perguruan yang katanya aliran lurus yang diwakili oleh Wu Yue Jian Pai (Persatuan Lima Gunung Perguruan Pedang) yang terdiri dari Song Shan, Tay Shan, Hen Shan, Hua Shan dan Heng Shan dengan aliran...