Sejauh apapun kita melangkah, orang tua kita pasti akan tahu kita dimana dan apa yang tengah dibutuhkan anaknya.
Membenci? Tidak ada gunanya!
###KEESOKAN harinya Dion sudah berada di bangku kelas. Jam belum menunjukkan pelajaran akan dimulai. Ia mengamati setiap temannya yang keluar masuk kelas.
Walaupun Dion adalah ketua OSIS serta komdis yang memiliki wewenang lebih daripada yang lain, tapi semua temannya tidak ada yang canggung jika di dekatnya. Mereka menganggap semua sama. Mereka sama-sama belajar di tempat yang sama juga dan mendapatkan ilmu yang sama juga.
Walaupun Dion siswa aksel yang pastinya mengalami percepatan kelas sehingga ia sekarang seangkatan dengan kakak kelasnya, namun ia tidak sekalipun merasa terbebani. Selama ini hubungan antara dirinya dengan angkatannya terjalin dengan baik. Walaupun beberapa ada yang tidak menyukainya. Entah karena jabatannya atau notabenya menjadi siswa unggulan di sekolah tersebut.
Sama seperti dirinya, Jovi juga juga seperti itu. Dia anak aksel dan dia juga tidak canggung untuk bergaul dengan siapa saja. Terutama kakak kelas yang sekarang menjadi teman seangkatannya.
Kepandaian Dion dan Jovi tidak diragukan lagi, Dion sering menjuarai beberapa kejuaraan yang mengharumkan nama sekolahnya ini. Begitu pula dengan Jovi, ia pernah menjuarai ajang siswa berprestasi di luar negeri. Maka dari itu Dion dan Jovi sangat disanjung oleh siapapun di sekolah ini.
Namun kemenangannya itu tidak membuat mereka besar kepala. Buktinya mereka berdua memiliki sikap yang rendah hati. Mereka juga tak jarang mengajari teman sekelasnya yang yang kesulitan dalam pelajaran. Sebisa yang mereka mampu. Walaupun sifat asli mereka sangat berbeda.
Mereka berdua sudah seperti saudara saja. Sama-sama pintar, tegas dan ramah.
Apa mungkin mereka sebenarnya saudara yang terpisahkan? Tentu saja tidak!
Dion mengenal Jovi sejak kelas 10. Sudah kelas 10 bersama, duduk bersebelahan, sama-sama siswa aksel.
Apa mungkin mereka akan menyukai cewek yang sama? Tapi entahlah.
Selama ini belum ada seseorang yang bercap pacar dari Dion. Dia lebih suka menjahili cewek-cewek di sekolahnya terutama adik kelas. Bukan berarti ia tidak selera dengan yang seumuran atau bahkan yang di atasnya. Ia suka, sepertinya.
Seperti saat ini saja tidak adanya kehadiran Jovi membuatnya sedikit galau. Biasanya kemana-mana dengan Jovi. Serasa hampa harinya di kelas saat ini.
Ia tidak melihat Jovi.
Pikirannya sangat kacau saat ini. bagaimana tidak? Besok ia harus mengikuti kejuaraan internasional bersama Jovi, sedangkan saat ini permasalahan tentang sisiwa-siswa yang terkena kasus belum selesai.
Ia sangat bingung, walaupun sudah ada komite dan guru-guru yang menangani itu, tetap saja ia merasa bahwa tanggung jawabnya ada di sana.
"Yon, Jovi kemana? Kok nggak masuk lagi?" tanya Audy yang tengah berjalan ke tempatnya.
"Iya, sakit kemarian, tapi nggak tahu juga kalau sekarang masuk atau nggak," jelasnya sambil memainkan bulpen di tangan. Audy duduk di kursi depan Dion.
"Lo kemarin jenguk dia?" Dion mengangguk.
"Besok kalian ikut kejuaraan itu kan? Terus kalo Jovi masih sakit gimana?" Audy terlihat khawatir.
"Itu dia yang gue bingungin," ujar Dion dengan menatap Audy.
Suasana di kelas Dion saat ini terlihat tenang.
Tak lama kemudian seseorang yang sedari tadi mereka bicarakan muncul dari balik pintu kelas.
Jovi datang dengan tas punggung yang tersandang di pundak kirinya saja. Wajahnya tampak seperti orang kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komisi Disiplin✔
Teen FictionApa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata 'Komdis'? *** Berawal dari keterlambatan seorang muba di hari pertamanya MOS, yang membuatnya berhadapan dengan makhluk-makhluk yang berjulukan 'Komdis'. Kayrasaya Aditama, cewek cantik nan pintar...