Apapun keputusan yang sudah diambil, pasti memiliki dampaknya. Entah positif atau pun negatif.
###UJIAN NASIONAL, banyak yang mengatakan jika hal itu adalah sebuah momok bagi para siswa. Karena mereka beranggapan bahwa ujian nasional lah penentu masa depan mereka akan seperti apa.
Namun sebenarnya tidak.
Bagi siswa Rodriguez terutama Jovi dan semua siswa kelas 12, ujian nasional bukanlah sebuah peristiwa mengerikan yang suka rela harus dilalui. Bahkan mereka cenderung tidak peduli dan pasrah.
Jika hari esok ada ujian mereka tidak peduli karena selembar kertas tidak akan menentukan nasib mereka di masa mendatang. Itulah yang menjadi pedoman hampir seluruh siswa Rodriguez. Kata-kata penuh makna dan moral dari salah satu ilmuwan dunia. Thomas Alfa Edison.
Mungkin sampai saat ini masih banyak yang melakukan sistem belajar yang tidak efektif. Yaitu, mereka belajar jika hanya ada ujian. Dan mereka belajar penuh di malam harinya sebelum ujian terlaksana.
Sistem belajar tersebut tidak efektif, karena apa? Seorang siswa malah akan merasa terbebani dan tertantang jika ada ulangan saja. Padahal untuk ukuran siswa, belajar adalah hal penting dimana dalam proses tersebut mereka mengembangkan ilmu pengetahuan mereka.
***
Pagi ini Jovi berangkat dengan semangat yang sangat terlihat jelas di wajahnya walalupun sebenarnya ia sedikit tidak fit. Namun ia mencoba kuat karena ini adalah ujian terakhirnya sebelum meninggalkan Rodriguez high school.
Ujian nasional di sekolahnya memakai CBT (Computer Basis Test) dengan itu diharapkan akan mempermudah siswa dan juga mempunyai sisi positifnya yaitu mengurangi penggunaan kertas yang semakin hari semakin tak terkendalikan oleh kegiatan industri. Selain itu, kebijakan tersebut juga berasal dari pemerintah.
Untuk waktunya dibagi menjadi dua sesi. Yaitu sesi pertama di pagi hari dan sesi kedua di siang hari. Hal itu dilakukan dengan berbagai alasan demi kelancaran ujiannya.
Dan sesi waktunya bergantian jika saat ini Jovi berada di sesi ke satu maka besok ia berada di sesi kedua.
"Lo siap, Jo?" tiba-tiba Bryan datang dan langsung merangkul pundak Jovi dari belakang.
"Siap nggak siap harus bisa Yan!" sahut Jovi lesu.
Bryan yang mengetahui ada yang tidak beres dengan Jovi reflek menempatkan punggung tangannya di kening temannya itu.
"Lo, yakin, nggak apa?"
"Hmm." hanya itu balasan dari Jovi.
Mereka berjalanan beriringan.
"Lo di ruang berapa?"
"Dua." lagi-lagi jawabannya singkat pada dan jelas.
Bryan ber "Oh." tanpa mengeluarkan suara.
"Gue masuk dulu!" ujar Jovi setelah mereka sudah berada di depan ruang tersebut.
***
Empat hari sudah berlalu, begitupun dengan ujian nasional yang dijalani oleh kelas 12.
Di hari pertama setelah ujian selesai, mereka tetap masuk. Karena aka nada pemberitahuan lebih lanjut dari pihak sekolah. Terutama informasi mengenai siswa yang masuk universitas favorit melalui jalur undangan. Dan juga yang melalui jalur tes.
Jovi datang dengan lesu.
Wajahnya tidak sumringah. Yah, karena memang ia tidak pernah murah senyuman. Hanya ketika dalam keadaan yang memang benar-benar ia kehendaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komisi Disiplin✔
Teen FictionApa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata 'Komdis'? *** Berawal dari keterlambatan seorang muba di hari pertamanya MOS, yang membuatnya berhadapan dengan makhluk-makhluk yang berjulukan 'Komdis'. Kayrasaya Aditama, cewek cantik nan pintar...