Apa salah jika seseorang memilih lepas dan menjalani kehidupan yang sesuai keinginannya tanpa dikekang?
###"EH... maaf Ka. Saking senengnya sampai nggak nyadar," ucap Kayra sambil nyengir.
Raka hanya tersenyum kecil. "Peluk lagi juga nggak apa kok Kay," godanya. Sepertinya Raka senang sekali ketika berhasil membuat Kayra tersipu malu.
"Duduk di sini dulu aja Kay. Nanti aja pulangnya," ucap Raka sambil menunjuk bangku di belakangnya.
Kayra menurut.
"Ka! Kasihan ya anak yang nggak lolos tes." Suara Kayra mengecil dan menatap Raka dengan tatapan serius.
"Ya, itu memang risiko, Kay. Tuh kan apa gue bilang lo bisa Kay!" Raka mengingatkan ketika ia memberi semangat pada Kayra dua hari yang lalu.
"Hm... iya Ka, makasih. L-lo udah bikin gue optimis." Kayra melihat wajah Raka yang sedikit menarik ujung bibirnya untuk tersenyum.
"Oh ya, lo udah tahu belum kalau kita satu kelas? Kemarin kan lo nggak masuk," ucap Kayra sambil mengerutkan keningnya.
"Udah tahu kok. Nggak nyangka ya, kita berempat bisa satu kelas," jawabnya sambil menatap ke depan.
Kayra hanya mengendikkan bahunya. Ia menatap jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 12 siang. Hanya tersisa beberapa anak yang masih berada di sekolah.
"Ka, pulang yuk! Udah siang nih," ajak Kayra dan segera beranjak dari duduknya.
"Bentar dong Kay, nggak lihat apa, ini kaki masih sakit?" Raka memasang wajah memelasnya. Kayra sepertinya lupa bahwa kaki Raka masih belum sembuh.
"Sini gue bantu." Kayra membantu Raka dengan memegangi tangannya agar bisa berjalan walaupun masih pincang.
"Lo ke sini naik motor?" tanya Kayra karena tidak melihat satupun motor yang terparkir di area parkiran sekolah.
"Gue bawa mobil, lo bareng gue aja Kay. Gue anter lo pulang." tawaran Raka sepertinya tidak akan disia-siakan Kayra, mengingat sopirnya belum menjemputnya sampai saat ini.
"Ya udah deh, l-lo nggak apa kan?" tanya Kayra masih khawatir dan canggung menggunkan bahasa lo-gue.
"Enggak kok." Raka mengambil kunci mobilnya yang berada di saku celananya dan mulai membuka pintu mobil SUV hitamnya.
"Masuk Kay!" seru Raka dan Kayra dengan cepatnya duduk di kursi depan.
Dalam mobil, hanya ada keheningan yang menemani mereka sepanjang perjalanan. Tidak ada musik atau kata-kata, hingga Raka mengawali pembicaraan. "Lo udah ngabarin ke orang tua lo belum kalau lolos tes?"
"Belum," jawab Kayra singkat, lalu langsung mengarahkan pandangannya ke depan karena tidak tahu harus berbicara apa lagi.
Hah... ini adalah kali keduanya ia diantar pulang oleh seorang cowok setelah Dion si ketua OSIS.
Di tengah perjalanan terdengar suara perut yang menunjukkan pemiliknya sedang kelaparan. Raka yang mendengar itu hanya bisa tersenyum. "Lo lapar Kay?" tanyanya. tanpa menunggu jawaban, ia langsung mengambil sebungkus roti coklat di dashboard lalu memberikannya pada cewek di sampingnya.
"Makasih Ka. Jadi ngerepotin lo lagi," ucapnya karena merasa tidak enak.
Raka, seperti biasa, hanya tersenyum tipis.
Tidak terasa mobil yang Raka kemudikan sudah memasuki kompleks perumahan tempat tinggal Kayra. Kayra turun dan mengucapkan terima kasih pada Raka sebelum Raka memutar balikkan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komisi Disiplin✔
Ficção AdolescenteApa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata 'Komdis'? *** Berawal dari keterlambatan seorang muba di hari pertamanya MOS, yang membuatnya berhadapan dengan makhluk-makhluk yang berjulukan 'Komdis'. Kayrasaya Aditama, cewek cantik nan pintar...